Jumat, 27 November 2009

Memahami Emosi Anak Tunggal

Selama masa kanak-kanak emosi anak sangat kuat. Anak lebih mudah masuk dalam ledakan-ledakan emosional, karena berada dalam periode ketidakseimbangan. Terlihat sekali pada anak usia 2,5 sampai 3,5 tahun dan 5,5 sampai 6,5 tahun. Emosi yang tinggi lebih banyak disebabkan faktorpsikologis daripada fisiologis. Apalagi pada anak yang mendapatkan tekanan lebih dari orang tuanya agar terus berprestasi, anak mengalami ketegangan emosional. Berbeda sekali dengan anak dari orang tua yang realistis. 
Karakteristik anak tunggal secara umum ada keterikatan dengan orang tua atau pengasuhnya. Anak tunggal mendapat kesempatan luas untuk berinteraksi dengan orang tuanya. Kelebihan dan kekurangan memiliki anak tunggal, yakni:
- hubungan orang tua dan anak semakin dekat.
- Orang tua cenderung overprotektif.
- Pola asuh cenderung permisif, namun bisa juga demokratis.
- Orang tua cenderung berharap prestasi tinggi pada anaknya.
- Anak memiliki kebebasan lebih untuk menentukan peran dirinya.
Untuk para orang tua disarankan untuk:
- memberi kesempatan pada anak untuk bergaul dengan kawan-kawannya, agar bisa belajar berbagi, bersaing dan bernegosiasi.
- Anak didorong untuk menjadi diri sendiri, sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing. Bukan berdasarkan kehendak orang tua.
- Bantulah anak tunggal yang mengalami kesulitan bergaul di sekolah.
Jika anak merasa aman, nyaman dan dilingkupi kasih sayang, pasti anak tumbuh dengan baik dan percaya diri.

Kesehatan Mental Remaja

Dalam psikologi perkembangan remaja dikenal sedang dalam fase pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan. Fase perkembangan remaja ini berlangsung cukup lama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 11-19 tahun pada wanita dan 12-20 tahun pada pria. Fase perkebangan remaja ini dikatakan fase pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan adalah karena dalam fase ini remaja sedang berada di antara dua persimpangan antara dunia anak-anak dan dunia orang-orang dewasa.

     Kesulitan dan persoalan yang muncul pada fase remaja ini bukan hanya muncul pada diri remaja itu sendiri melainkan juga pada orangtua, guru dan masyarakat. Dimana dapat kita lihat seringkali terjadi pertentangan antara remaja dengan orangtua, remaja dengan guru bahkan dikalangan remaja itu sendiri.

     Mengapa hal ini bisa terjadi? Secara singkat dapat dijelaskan bahwa keberadaan remaja yang ada di antara dua persimpangan fase perkembanganlah (fase interim) yang membuat fase remaja penuh dengan kesukaran dan persoalan. Dapat dipastikan bahwa seseorang yang sedang dalam keadaan transisi atau peralihan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain seringkali mengalami gejolak dan goncangan yang terkadang dapat berakibat buruk bahkan fatal (menyebabkan kematian).(Syah, 2001)
    Namun, pada dasarnya semua kesukaran dan persoalan yang muncul pada fase perkembangan remaja ini dapat diminimalisir bahkan dihilangkan, jika orangtua, guru dan masyarakat mampu memahami perkembangan jiwa, perkembangan kesehatan mental remaja dan mampu meningkatkan kepercayaan diri remaja.Persoalan paling signifikan yang sering dihadapi remaja sehari-hari sehingga menyulitkannya untuk beradaptasi dengan lingkungannya adalah hubungan remaja dengan orang yang lebih dewasa, terutama sang ayah, dan perjuangannya secara bertahap untuk bisa membebaskan diri dari dominasi mereka pada level orang-orang dewasa.

    Seringkali orangtua mencampuri urusan-urusan pribadi anaknya yang sudah remaja dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut, “Dimana kamu semalam?”, “Dengan siapa kamu pergi?”, “Apa yang kamu tonton?” dan lain sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut pada dasarnya ditujukan oleh orangtua adalah karena kepedulian orangtua terhadap keberadaan dan keselamatan anak remajanya.  Namun ditelinga dan dipersepsi anak pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti introgasi seorang polisi terhadap seorang criminal yang berhasil ditangkap.
     Menurut pandangan para ahli psikologi keluarga atau orangtua yang baik adalah orangtua yang mampu memperkenalkan kebutuhan remaja berikut tantangan-tantangannya untuk bisa bebas kemudian membantu dan mensupportnya secara maksimal dan memberikan kesempatan serta sarana-sarana yang mengarah kepada kebebasan. Selain itu remaja juga diberi dorongan untuk memikul tanggung jawab, mengambil keputusan, dan merencanakan masa depannya. Namun, proses pemahaman ini tidak terjadi secara cepat, perlu kesabaran dan ketulusan orangtua di dalam membimbing dan mengarahkan anak remajanya.

     Selanjutnya para pakar psikologi menyarankan strategi yang paling bagus dan cocok dengan remaja adalah strategi menghormati kecenderungannya untuk bebas merdeka tanpa mengabaikan perhatian orangtua kepada mereka. Strategi ini selain dapat menciptakan iklim kepercayaan antara orangtua dan anak, dapat juga mengajarkan adaptasi atau penyesuaian diri yang sehat pada remaja. Hal ini sangat membantu perkembangan, kematangan, dan keseimbangan jiwa remaja. (Mahfuzh, 2001)

     Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi selama masa remaja tidak selalu dapat tertangani secara baik. Pada fase ini di satu sisi remaja masih menunjukkan sifat kekanak-kanakan, namun di sisi lain dituntut untuk bersikap dewasa oleh lingkungannya. Sejalan dengan perkembangan sosialnya, mereka lebih konformitas pada kelompoknya dan mulai melepaskan diri dari ikatan dan kebergantungan kepada orangtuanya, dan sering menunjukkan sikap menantang otoritas orangtuanya.
     Remaja yang salah penyesuaian dirinya terkadang melakukan tindakan-tindakan yang tidak realistis, bahkan cenderung melarikan diri dari tanggung jawabnya. Perilaku mengalihkan masalah yang dihadapi dengan mengkonsumsi minuman beralkohol banyak dilakukan oleh kelompok remaja, bahkan sampai mencapai tingkat ketergantungan penyalahgunaan obat terlarang dan zat adiktif.

     Berkaitan dengan pelepasan tangung jawab, dikalangan remaja juga sering dijumpai banyak usaha untuk bunuh diri. di Negara-negara maju, seperti Amerika, Jepang, Selandia Baru, masalah bunuh diri dikalangan remaja berada pada tingkat yang memprihatinkan. Sedangkan dinegara berkembang seperti Indonesia, perilaku tidak sehat remaja yang beresiko kecelakaan juga banyak dilakukan remaja, seperti berkendaraan secara ugal-ugalan. Hal lain yang menjadi persoalan penting dikalangan remaja disemua negara adalah, meningkatnya angka delinkuensi. Perilaku tersebut misalnya keterlibatan remaja dalam perkelahian antar sesame, kabur dari rumah, melakukan tindakan kekerasan, dan berbagai pelanggaran hukum, adalah umum dilakukan oleh remaja.

     Kesehatan mental masyarakat pada dasarnya tercermin dari segi-segi kesehatan mental remaja. Makin tinggi angka delikuensi, bunuh diri remaja, penggunaan obat dan ketergantungan pada zat adiktif, berarti kesehatan mental masyarakat makin rendah.Usaha bimbingan kesehatan mental sangat penting dilakukan dikalangan remaja, dalam bentuk program-program khusus, seperti peningkatan kesadaran terhadap kesehatan mental, penyuluhan tentang kehidupan berumah tangga, hidup secara sehat dan pencegahan penggunaan zat-zat adiktif, serta penyuluhan tentang pencegahan terhadap HIV/AIDS, dan sejenisnya.

    Program kesehatan mental remaja ini dapat dilakukan melalui institusi-institusi formal remaja, seperti sekolah, dan dapat pula melalui intervensi-intervensi lain seperti program-program kemasyarakatan, atau program-program yang dibuat khusus untuk kelompok remaja.

Ideologi Islam Menghadapi Tantangan Zaman

oleh : Muhammad Shiddiq Al Jawi

Pendahuluan

Disadari atau tidak, pengertian "agama" yang dipahami masyarakat luas saat ini adalah "agama" dalam pengertian Barat yang sekularistik. Menurut mereka, agama hanya mengatur hubungan privat antara individu dengan Tuhan. Kalaupun mengatur hubungan antar manusia, agama hanya mengatur pada aspek yang terbatas, tidak mengatur seluruh aspek kehidupan secara total dan menyeluruh.

Ketika pemahaman sekularistik ini diterapkan pada Islam, yang terjadi adalah reduksi dan distorsi yang luar biasa menyimpang dari Islam. Akhirnya Islam dipahami seperti agama-agama lainnya yang a-politis dan impoten dalam mengatur kehidupan manusia. Padahal, sebagai agama sempurna, sesungguhnya Islam telah mengatur seluruh perikehidupan manusia tanpa kecuali. Tak ada satupun persoalan hidup yang terjadi pada manusia, kecuali Islam telah menjelaskan tata aturannya. Allah SWT berfirman :

"Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian..." (QS Al; Maa`idah : 3)

"Dan telah Kami turunkan kepadamu (Muhammad) Al Kitab (Al Qur`an) menjelaskan segala sesuatu." (QS An Nahl : 89)

Berdasarkan kenyataan adanya reduksi Islam itu, diperlukanlah upaya untuk mengembalikan Islam pada posisinya yang sebenarnya sebagai pengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Digunakanlah kemudian istilah "ideologi" yang memiliki makna yang lebih luas daripada istilah "agama" menurut versi kaum sekuler yang kafir.

Siapa pun orangnya, pasti mempunyai kesan dan persepsi bahwa "ideologi" mestilah bersifat holistik dan total dalam mengatur  kiranya kalau ada tepatnya, bodoh sekali kehidupan manusia. Janggal sekali  orang yang berpendapat bahwa "ideologi" tidak mengatur segala aspek kehidupan atau hanya mengatur secuil aspek kehidupan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) saja, mengartikan ideologi sebagai "kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup." (hal. 319)

Oleh sebab itu, kata "ideologi" yang dirangkaikan dengan "Islam"  sungguh bukanlah sekedar menarik sehingga menjadi istilah "ideologi Islam"  secara leksikal dan gramatikal, namun memiliki substansi makna yang dalam dan fundamental. Dengan kata "ideologi Islam", sebenarnya telah terjadi proses penghancuran (dekonstruksi) terhadap paham sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan) yang telah membelenggu otak umat sekaligus proses purifikasi dan revitalisasi terhadap Islam, yang dimaksudkan agar Islam kembali menempati posisinya yang layak yang telah ditetapkan Allah baginya. Yaitu sebagai penuntun dan pengatur segala urusan hidup manusia secara utuh dan menyeluruh (kaaffah). Allah SWT berfirman :

"Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara menyeluruh." (QS Al Baqarah : 208)

"Apakah kalian akan beriman dengan sebagian Al Kitab dan ingkar terhadap sebagian (yang lainnya). Maka tidaklah balasan bagi orang yang mengerjakan yang demikian itu dari kalian, kecuali kehinaan dalam kehidupan dunia. Dan pada Hari Kiamat nanti mereka akan dikembalikan kepada azab yang sangat berat." (QS Al Baqarah : 85)

Islam Sebagai Ideologi

Secara umum, ideologi (Arab : mabda`) menurut M.M. Ismail dalam Al Fikru Al Islami, adalah "al fikru al asasi yubna alaihi afkaar", yakni pemikiran mendasar yang di atasnya dibangun pemikiran-pemikiran lain. Pemikiran mendasar ini disebut juga aqidah, yang merupakan pemikiran menyeluruh tentang manusia, alam semesta, dan kehidupan. Sedang pemikiran-pemikiran cabang yang dibangun atas dasar aqidah tadi, merupakan peraturan hidup manusia (nizham) dalam segala aspeknya : politik, ekonomi, sosial, budaya, hankam, dan sebagainya. Agar aqidah tersebut dapat melahirkan aneka peraturan hidup, ia haruslah bersifat akliah, atau dapat dikaji dan diperoleh berdasarkan suatu proses berpikir, bukan diperoleh melalui jalan taklid tanpa melibatkan proses berpikir. Aqidah yang semacam ini, disebut aqidah akliah, yang darinya dapat dibangun pemikiran cabang tentang kehidupan. Karena itu, dengan ungkapan yang lebih spesifik, ideologi dapat didefinisikan sebagai "aqidah aqliyah yanbatsiqu 'anha nizham", atau aqidah akliyah yang melahirkan nizham (peraturan hidup) bagi manusia.

Definisi ideologi ini bersifat umum, dalam arti dapat dipakai dan berlaku untuk ideologi-ideologi dunia seperti Kapitalisme dan Sosialisme. Dan tentu, dapat berlaku juga untuk Islam. Sebab Islam memang mempunyai sebuah aqidah akliyah, yaitu Aqidah Islamiyah, dan mempunyai peraturan hidup (nizham) yang sempurna, yaitu Syariat Islam.

Dengan demikian, tatkala kita menyebutkan istilah "ideologi Islam" sesungguhnya kita telah memelihara substansi Islam itu sendiri -yaitu Aqidah dan Syariah- tanpa mengurangi atau menambahinya sedikitpun. Aqidah dan Syariah-nya tetap itu-itu juga. Hanya saja, kita meletakkan keduanya dalam kerangka berpikir ideologis, untuk menghadapi situasi kontekstual umat saat ini, yang menganggap Islam sebagai "agama" dalam pengertian Barat yang sekuler.

Menjawab Tantangan Zaman

Tantangan zaman, dapat diartikan munculnya fakta, keadaan, atau problem baru seiring dengan perkembangan waktu. Misalnya, dulu tidak ada kloning, bayi tabung, dan transplantasi, namun kini kemajuan di bidang biologi dan kedokteran itu telah hadir di hadapan kita. Itu tantangan zaman. Dulu tidak terbayang ada sarana komunikasi dan informasi yang canggih seperti internet saat ini. Dengan adanya internet, berarti ada tantangan zaman. Penyakit AIDS, penggunaan narkoba, pergaulan bebas yang liar di kalangan muda-mudi, sekarang makin menggila. Ini adalah tantangan zaman. Sebelumnya tidak ada negara Israel. Namun sekarang Israel bercokol dan mengangkangi bumi Palestina yang suci dan diberkahi. Ini tantangan zaman. Kita umat Islam dulu memiliki sistem Khilafah sebagai institusi yang memungkinkan adanya kehidupan Islam, tetapi pada tahun 1924 Khilafah diluluhlantakkan oleh Mustafa Kamal yang murtad. Tiadanya Khilafah, adalah tantangan zaman. Sekarang penguasa negeri-negeri Islam telah mencampakkan ideologi Islam, menganut dan menerapkan ideologi Kapitalisme, serta menjadi agen-agen yang setia bagi negara-negara penjajah yang kafir. Ini betul-betul tantangan zaman. Demikian seterusnya.

Setiap tantangan, pasti butuh jawaban dan penyelesaian. Dalam hal ini, Islam sebagai ideologi sempurna secara potensial menyediakan jawaban-jawaban bagi segala masalah atau persoalan yang timbul di tengah manusia. Taqiyyuddin An Nabhani dalam Asy Syakshiyah Al Islamiyah (juz I/303) menguraikan secara ringkas metode (thariqah) Islam untuk memecahkan masalah, yaitu memahami fakta persoalan sebagaimana adanya, lalu memberikan solusi padanya. Solusi ini bisa berupa Syari'at Islam bila persoalannya berkaitan dengan hukum-hukum syara', dan bisa pula berupa cara (uslub) dan sarana (wasilah) tertentu jika persoalan yang dihadapi tidak secara langsung berhubungan dengan hukum syara', misalnya teknik dalam pertanian, kedokteran, kesehatan, dan sebagainya. Secara lebih khusus, dalam Nizhamul Islam (hal. 69), Taqiyyuddin An Nabhani menjelaskan metode Islam yang harus ditempuh para mujtahidin untuk memecahkan persoalan. Pertama, mempelajari dan memahami problem yang ada (fahmul musykilah). Kedua, mengkaji nash-nash syara' yang bertalian dengan problem tersebut (dirasatun nushush). Ketiga, mengistinbath hukum syara' dari dalil-dalil syara' untuk menyelesaikan persoalan yang ada (istinbathul hukmi).

Metode itulah yang dapat kita gunakan untuk menjawab setiap tantangan zaman. Secara ringkas, Islam menjawab tantangan zaman dengan cara memberikan pemecahan terhadap problem-problem baru yang muncul. Inilah pengertian yang benar mengenai bagaimana Islam menjawab tantangan zaman yang terjadi.

Dengan demikian, jelas tidak betul pendapat yang mengatakan bahwa dalam menjawab tantangan zaman, Islam menempuhnya dengan cara beradaptasi, menyesuaikan diri, atau mengubah hukum-hukumnya agar selaras dengan tuntutan keadaan. Dalihnya, Islam itu luwes, fleksibel, tidak kaku, tidak ekstrem, tetapi moderat, lunak, dan selalu bersikap kompromistis dengan realitas. Dalih batil itu kadang juga dilengkapi dengan kaidah ushul fiqih yang fatal kekeliruannya : Laa yunkaru taghayyurul ahkam bi taghayyuriz zaman wal makan. (Tidak boleh diingkari, adanya perubahan hukum karena perubahan waktu dan tempat) (Lihat Muhlish Usman, Kaidah-Kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah, hal. 145).

Berdasarkan argumen-argumen sesat itu akhirnya mereka membuang hukum-hukum Islam yang dianggapnya biadab atau tidak sesuai dengan semangat orang zaman modern saat ini. Hukum potong tangan bagi pencuri, hukum rajam bagi pezina, haramnya riba, hukuman mati untuk orang murtad, harus dienyahkan dari muka bumi karena dianggap tidak berperikemanusaan, sudah usang, kuno, dan ketinggalan zaman. Begitu pula kewajiban jihad fi sabilillah dan kewajiban adanya Khilafah Islamiyah harus ditolak mentah-mentah atau diselewengkan dari pengertiannya yang hakiki, karena dianggap sebagai kegiatan kaum ekstremis, fundamentalis, serta tidak cocok dengan selera orang yang telah "maju" pikirannya.

Pendapat seperti ini, serta pola pikir yang melahirkan pendapat ini, sangat bertentangan dengan Islam. Karena pola pikir yang dipakai oleh mereka yang berpendapat seperti itu, adalah pola pikir khas Barat tatkala mereka berbicara tentang persoalan hukum dan kaitannya dengan kenyataan masyarakat yang ada. Hukum, menurut Barat, haruslah lahir dari masyarakat. Hukum adalah anak kandung, dan ibunya adalah masyarakat. Dengan kata lain, yang sumber hukum, adalah keadaan masyarakat itu sendiri. Karenanya, jika keadaan masyarakat berubah, berubah pulalah segala nilai, norma, dan pranata kehidupan. (Lihat Dr. M. Ahmad Mufti dan Dr. Sami Shalih Al Wakil, At Tasyri' wa Sannul Qawanin fi Ad Daulah Al Islamiyah, hal. 9-11).

Pandangan ini adalah pandangan kufur, yang bertentangan dengan Islam. Sebab dalam Islam sumber hukum adalah wahyu semata, bukan yang lain. Bukan kenyataan masyarakat, bukan tuntutan keadaan, bukan semangat kemodernan, bukan pula hal-hal lain yang sebenarnya merupakan alasan-alasan yang terlalu dicari-cari. Jika zina dan riba telah haram menurut wahyu, maka sampai Hari Kiamat tetap haram. Jika hudud wajib dilaksanakan menurut wahyu, maka statusnya tetap wajib sampai Hari Kiamat. Begitu pula jihad dan Khilafah yang diwajibkan Allah dan Rasul-Nya, hukumnya tetap wajib dan tidak boleh dianulir atau dibatalkan oleh siapa pun sampai Hari Kiamat.

Seorang muslim yang tidak meyakini pola pikir itu secara jazim (membenarkannya dengan pasti), sungguh dia telah murtad dan keluar dari agama Islam. Sebab, pandangan tersebut berarti menolak nash-nash yang qath'i tsubut (pasti sumbernya dari Rasulullah) dan qath'i dalalah (pasti pengertiannya) yang mewajibkan kita untuk terikat dengan hukum-hukum syara' dan menyumberkan hukum-hukum syara' itu dari al wahyu semata, bukan yang lainnya. Sekali lagi, sumber hukum dalam Islam adalah wahyu, bukan kenyataan masyarakat. Allah SWT berfirman :

"Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman sampai mereka menjadikan dirimu (Muhammad) sebagai hakim (pemutus) terhadap perkara yang mereka perselisihkan..." (QS An Nisaa` : 65)

"Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Tuhan kalian dan janganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selain Dia." (QS Al A'raaf : 3)

"Dan barangsiapa tidak memberikan keputusan hukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka adalah orang-orang kafir." (QS Al Maa`idah : 44)

Ideologi Islam dan Konstelasi Politik Internasional

Penerapan ideologi Islam secara sempurna untuk memecahkan masalah-masalah yang melanda umat Islam kini, merupakan hal yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Masalah yang ada demikian bertumpuk, berjibun, dan seolah tak pernah berhenti mendera umat Islam. Masalah-masalah di bidang sosial, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya telah membuat kita terpuruk dan tertindas. Kalaupun diselesaikan, pasti yang diterapkan adalah hukum-hukum yang jauh dari ketentuan wahyu Allah SWT, karena sistem kehidupan yang ada sekarang telah dicengkeram oleh sistem sekuler yang memisahkan agama dari arena kehidupan.

Dan penerapan ideologi Islam, mau tak mau membutuhkan negara sebagai institusi yang berdiri untuk menerapkan hukum-hukum syara' sebagai solusi berbagai problematika umat. Sebab tanpa negara, sebuah ideologi pasti akan lumpuh dan tidak bermakna signifikan. Tanpa negara, sebuah ideologi hanya akan berupa mitos atau filsafat kosong yang menjadi penghuni otak belaka, tidak bisa diiimplementasikan secara konkret dalam realitas kehidupan manusia.

Dalam Islam, negara ini disebut dengan Khilafah atau Imamah, yang tak diragukan lagi kewajibannya dalam Islam. Syaikh Abdurrahman Al Jaziri menegaskan dalam kitabnya Al Fiqh 'Ala Al Madzahib Al Arba'ah, jilid V, hal. 416 :

"Para imam madzhab (Abu Hanifah, Malik, Syafi'i, dan Ahmad) --rahimahumullah-- telah sepakat bahwa Imamah (Khilafah) itu wajib..."

Tak hanya kalangan Ahlus Sunnah saja yang mewajibkan Khilafah, bahkan  termasuk juga Khawarij dan Mu'tazilah seluruh kalangan Ahlus Sunnah dan Syiah  tanpa kecuali bersepakat tentang wajibnya mengangkat seorang Khalifah.

Ibnu Hazm dalam Al Fashl fil Milal Wal Ahwa' Wan Nihal juz 4 hal. 87 mengatakan :

"Telah sepakat seluruh Ahlus Sunnah, seluruh Murji'ah, seluruh Syi'ah, dan seluruh Khawarij, mengenai wajibnya Imamah (Khilafah)…"

Jika kita mencoba meneropong realitas kontemporer saat ini, ideologi Islam cukup berpeluang untuk tampil kembali dalam panggung politik tingkat dunia. Tengoklah, ideologi Sosialisme telah bangkrut pada awal dekade 90-an dengan runtuhnya Uni Soviet. Negara-negara yang mengklaim penganut Sosialisme, seperti RRC, akhirnya harus bertransformasi menjadi negara Kapitalis. Memang, saat ini masih ada segelintir pemuda/mahasiswa (muslim) yang bersemangat -tetapi bodoh terhadap Islam- yang getol dan keranjingan mempelajari Marxisme dan Komunisme, kemudian mempraktekkannya secara nyata dalam gerakan-gerakan yang tujuannya adalah menyulut kontradiksi dan konflik di antara komponen masyarakat, khususnya antara golongan borjuis dengan golongan proletar. Namun Insya Allah usaha mereka akan gagal dan akan kita hancurkan dengan segala cara dan upaya, karena Marxisme dan Komunisme adalah suatu kekafiran yang wajib dibasmi dan ditumpas sampai ke akar-akarnya. Tak ada ampun atau toleransi apa pun terhadap Marxisme atau Komunisme. Marxisme dan Komunisme harus musnah dari muka bumi.

Adapun ideologi Kapitalisme, saat ini memang tengah berjaya dan terus berusaha melestarikan hegemoni dan dominasinya atas dunia. Amerika, Inggris, Perancis, dan negara-negara Barat yang kafir terus berusaha mengokohkannya cengkeramannya atas Dunia Islam untuk diinjak-injak, dieksploitir, dihisap kekayaan alamnya yang demikian kaya. Untuk itu mereka telah menyebarluaskan pemikiran-pemikiran kafir mereka seperti demokrasi, pluralisme, hak asasi manusia, dan politik pasar bebas (Lihat kitab Al Hamlah Al Amirikiyyah Lil Qadha` 'Alal Islam). Mereka pun terus melancarkan fitnahan-fitnahan yang keji seperti tuduhan ekstrem dan fundamentalis terhadap kaum muslimin yang ingin secara tulus mengembalikan Islam ke dalam tahta kekuasaan. Sayang sekali, para penguasa di Dunia Islam telah memposisikan diri mereka sebagai bagian dari pihak Barat ini. Mereka menjadi budak-budak yang selalu tunduk, patuh, bertakbir, dan bersujud kepada majikan-majikan mereka, yakni kaum penjajah yang kafir itu. Lihatlah, alih-alih menentang dan melawan, mereka malah mendatangkan IMF, Bank Dunia, dan lembaga-lembaga internasional lainnya, lalu mengemis-ngemis, meratap, dan menghiba kepada mereka tanpa malu kepada rakyatnya, serta pasrah begitu saja terhadap instruksi-instruksi mereka untuk menjarah atau merampok harta kekayaan umat yang seharusnya dijaga dengan penuh amanah dan tanggung jawab.

Namun demikian, sebenarnya tanda-tanda kelapukan dan kehancuran Kapitalisme sudah mulai nampak. Protes-protes terhadap WTO di Seattle (AS), lalu protes terhadap IMF dan Bank Dunia di Davos (Swiss) dan Washington belakangan ini, menunjukkan bahwa Kapitalisme telah mulai diragukan dan dibenci bahkan oleh para penganutnya sendiri. Geliat Dunia Ketiga untuk menentang dominasi Barat pun nampak semakin mengental tatkala dalam forum negara-negara G-77 di Havana (Kuba) Fidel Castro menyerukan,"Bubarkan IMF !"

Karena itulah, jika Sosialisme yang akan segera kita hancurkan, Insya telah gagal, demikian pula Kapitalisme   maka kemana lagi umat manusia akan berharap kalau bukan kepada ideologi Allah Islam? Bukankah sudah cukup lama umat manusia menderita dan tersiksa di bawah tindasan ideologi-ideologi kafir seperti Sosialisme dan Kapitalisme?Bukankah ideologi-ideologi kafir tak mampu memberikan apa-apa kepada umat manusia selain penderitaan, kemelaratan, kebejatan moral, dan segala kesulitan hidup yang sangat memprihatinkan dan menyedihkan ini?

Penutup

Sesungguhnya ideologi Islam harus segera tampil di panggung kehidupan manusia untuk menyelamatkan umat manusia dari jurang penderitaan dan gelimang kesengsaraan yang nyaris tanpa batas. Kemunculannya adalah suatu keniscayaan, karena kemenangan Islam telah menjadi janji Allah dan Rasul-Nya kepada para hamba-Nya yang beriman dan ikhlas beramal shaleh.

Namun demikian, umat Islam tidak berarti hanya bertopang dagu dan ongkang-ongkang kaki menunggu kemenangan Islam. Justru mereka wajib berjuang bahu membahu satu sama lain, dengan mengerahkan segala daya dan upaya, agar ideologi-ideologi kafir segera punah dari muka bumi dan agar ideologi Islam kembali meraih keunggulan dan kejayaan untuk tampil di tengah kehidupan umat manusia, walau pun orang-orang kafir membencinya.

Allah SWT berfirman :

"Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka. Dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya." (QS Ash Shaff : 8). [ ]

Ideologi Islam VS Ideologi Kapitalisme (Bagian I)

oleh : Hidayatullah Muttaqin

Definisi Ideologi

Sebuah ideologi menurut Muhammad Muhammad Ismail, haruslah memiliki pemikiran mendasar yang memancarkan pemikiran-pemikiran lainnya. Pemikiran mendasar itu sendiri merupakan pemikiran yang tidak didahului oleh pemikiran lainnya dan hanya terbatas pada pemikiran yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan. Menurutnya, pemikiran mendasar inilah yang disebut dengan akidah.[1]

Ia mensyaratkan bahwa suatu akidah disebut sebagai pemikiran mendasar bila akidah tersebut dihasilkan melalui proses pemikiran bukan dengan jalan pendogmaan. Meskipun adanya suatu akidah tidak harus dihasilkan dari proses pemikiran (cukup dengan pendogmaan saja), akan tetapi hanya akidah yang dihasilkan dari proses pemikiran saja - yang kemudian disebut akidah akliyah - yang dapat menghasilkan pemikiran yang menyeluruh dan memancarkan pemikiran-pemikiran lainnya. Dengan kata lain akidah yang diperoleh karena hasil pendogmaan tidak mampu menjadi dasar pemikiran ideologis, sedangkan akidah yang diperoleh dengan pemikiran yang dibangun berdasarkan akal dapat dijadikan dasar pijakan berdirinya sebuah ideologi.[2]

Secara lebih rinci an-Nabhani menjelaskan bahwa akidah akliyah adalah pemikiran yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan, tentang Zat yang ada sebelum dan sesudah kehidupan, dan hubungan ketiganya dengan Zat tersebut. Hasil pemikiran menyeluruh ini merupakan satu jawaban atas permasalahan pokok hidup manusia, yaitu: dari mana alam semesta, manusia dan kehidupan berasal? Kemana ketiganya setelah berakhirnya kehidupan? Dan untuk apa manusia hidup di dunia ini? Pemikiran menyeluruh inilah yang menjadi solusi fundamental bagi diri manusia. Karena dengan memecahkan permasalahan pokok kehidupan manusia ini, maka terpecahkanlah permasalahan kehidupan lainnya menurut cara pandangnya.[3]

Di atas pemikiran yang mendasar ini, manusia dapat membangun pemikiran-pemikiran yang fungsinya memecahkan berbagai problematika kehidupan manusia. Artinya dari akidah akliyah manusia dapat membangun sistem kehidupan, melahirkan pemikiran-pemikiran cabang yang menjadi solusi hidupnya seperti pemikiran tentang sistem politik, sistem hukum, sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem pendidikan. Pemikiran-pemikiran cabang ini tidak lain merupakan peraturan yang dipancarkan akidah tersebut.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ideologi (mabda) merupakan akidah akliyah yang melahirkan peraturan. Menurut an-Nabhani, peraturan yang lahir dari akidah berfungsi untuk memecahkan seluruh problematika kehidupan manusia, menjelaskan bagaimana cara pelaksanaan pemecahannya, bagaimana memelihara akidah itu sendiri. An-Nabhani juga mengatakan tata cara pelaksanaan pemecahan masalah kehidupan, tata cara pemeliharaan akidah dan penyebaran akidah disebut thariqah. Sedangkan pemecahan permasalahan kehidupan manusia disebut fikrah. Dengan demikian, ideologi tegak dengan adanya fikrah dan thariqah, sehingga akidah sebagai asas ideologi juga menjadi qaidah fikriyah (kaidah berpikir) dan qiyadah fikriyah (kepemimpinan berpikir) ideologi tersebut.[4]

Meskipun suatu ideologi telah memiliki solusi masalah kehidupan yang fundamental dan mempunyai cara (metode) memecahkan berbagai permasalahan kehidupan manusia, namun itu bukanlah jaminan bahwa ideologi tersebut merupakan ideologi yang benar, yang mempunyai kemampuan untuk membawa manusia mencapai kebahagian hakiki dan menghindarkannya dari malapetaka kehidupan di dunia.

Ideologi yang benar adalah ideologi yang muncul di dalam pemikiran manusia melalui wahyu Allah. Karena ideologi ini bersumber dari Pencipta alam semesta, manusia dan kehidupan, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, sehingga pemecahan atas permasalahan pokok kehidupan dan berbagai permasalahan kehidupan lainnya kebenarannya pasti (qath'i). Sedangkan ideologi yang muncul di dalam pemikiran manusia karena kejeniusannya adalah ideologi yang salah (bathil), karena manusia hanyalah makhluk Allah sehingga memiliki kelemahan termasuk ketidakmampuan akalnya dalam menangkap seluruh realitas yang ada di dunia ini. Manusia juga selalu memiliki pandangan yang berbeda terhadap suatu masalah seperti masalah hukum dan kebijakan publik sehingga muncul pertentangan dan perselisihan yang menyebabkan pandangan mayoritas atau mungkin hanya pandangan orang-orang yang memiliki kekuatan (kekuasan/harta) di atas orang lainnya yang akan diterapkan/dipaksakan. Akibatnya pandangan yang diterapkan sangat kontradiksi dengan kebenaran yang seharusnya dan mengakibatkan kesengsaraan manusia.[5]

Berdasarkan definisi ideologi di atas serta batasan-batasan yang melingkupinya, maka di dunia ini hanya ada tiga ideologi saja, yaitu Islam, Kapitalisme, dan Sosialisme/Komunisme.[6] Sekarang ini, ideologi Islam hanya diemban oleh individu dan gerakan Islam, sedangkan ideologi Kapitalisme dan Sosialisme/Komunisme diemban oleh negara, bahkan ideologi Kapitalisme merupakan ideologi yang dominan saat ini.[7]

Ideologi Kapitalis

Ideologi Kapitalis merupakan ideologi yang muncul dan berkembang pertama kalinya di Eropa. Asas dan akidah ideologi Kapitalis adalah Sekularisme. Akidah ini merupakan hasil pergolakan pemikiran di Eropa dan Rusia antara para filosof dan pemikir yang berusaha melawan negara dan gereja yang pada saat itu sangat menindas rakyatnya sendiri. Para raja dan kaisar memanfaatkan otoritas gereja untuk kepentingannya, sebaliknya gereja memanfaatkan raja untuk mengukuhkan dogma-dogmanya. Mereka mengeksploitasi, menghisap, dan menzalimi rakyat untuk kepentingan dan keuntungan para raja dan pemegang otoritas gereja.[8]

Doktrin yang eksis pada saat itu menganggap raja sebagai wakil Tuhan, sehingga setiap individu yang beriman kepada Tuhan dituntut tunduk dan patuh pada raja karena itulah kewajiban yang harus dilaksanakan rakyat. Tetapi dalam doktrin ini raja tidak bertanggung jawab dan tidak memiliki kewajiban terhadap rakyatnya sendiri.[9]

Dari penindasan tersebut muncul pemikiran bahwa jika mereka beriman kepada Tuhan maka sama saja mereka menerima penindasan, sehingga jika mereka ingin lepas dari penindasan dan mendapatkan kebebasan mereka harus meninggalkan Tuhan.[10]

Pada abad ke-15 dan 16 muncul kebangkitan besar-besaran melawan otoritas gereja dan kezaliman negara.[11] Sebagian para filosof dan pemikir yang menentang raja-raja zalim mengingkari agama, sebagian lagi mengambil jalan tengah dengan pandangan agama harus dipisahkan dari kehidupan (Sekularisme). Akhirnya pada abad ke-17 para filosof dan pemikir terbebaskan dari pasungan otoritas gereja[12] karena di antara kedua pihak yang bertikai melakukan kompromi dengan mengambil jalan tengah Sekularisme.[13] Berakhirnya pergolakan pemikiran ini menjadi tanda keruntuhan otoritas gereja dan kebangkitan ilmu pengetahuan Barat yang sekuler.[14]

Sekularisme sebagai akidah, asas, qaidah fikriyah, dan qiyadah fikriyah ideologi Kapitalis, mengakui keberadaan Tuhan secara tidak langsung. Akidah ini berpandangan bahwa alam semesta, manusia, dan kehidupan berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Hanya saja dalam kehidupan di dunia, akidah ini tidak mengakui Tuhan, sebab mereka berpandangan kehidupan manusia atau urusan publik merupakan wewenang manusia itu sendiri, karena Sekularisme menjadikan manusia sebagai sumber dan pembuat hukum, sedangkan peranan agama hanya berada dalam wilayah privat (menjadi urusan individu).[15]

Para pengemban Sekularisme tersebut menempatkan rasio (akal) manusia dan emperisme di atas segala-galanya. Mereka berpendapat rasionalisme dan emperisme dapat memecahkan segala permasalahan yang ada di dunia ini secara komprehensif dan tuntas,[16] sehingga manusia sendirilah yang memiliki solusi permasalahan hidupnya dan membuat peraturan-peraturan solusinya.

Dengan demikian pemikiran sekuler itulah yang menjadi solusi fundamental Kapitalisme dalam problematika pokok kehidupan dan dari sini terpancar pemikiran-pemikiran ideologi Kapitalis.

Berdasarkan proses kelahiran dan pandangan akidah Sekularisme, maka ideologi Kapitalis adalah ideologi yang batil. Pemisahan agama dari kehidupan jelas merupakan pemasungan terhadap agama. Pandangan ini membatasi peran Tuhan hanya pada kepentingan individu yakni sebatas yang mereka anggap kepuasan ruhiah (agama sebagai tempat pelarian), itupun setiap individu diberikan kebebasan untuk menyembah Tuhan atau tidak bertuhan (atheis). Permasalahannya, ketika tuntunan agama mewajibkan manusia menerapkan peraturan-peraturan Tuhan tidak hanya dalam masalah ibadah ritual saja tetapi juga dalam kehidupan publik, maka qaidah fikriyah Sekularisme menolak tuntunan agama ini. Maksudnya, Sekularisme menolak peran Tuhan dalam kehidupan publik. Jadi meskipun Sekularisme tidak mengingkari Tuhan sebagai Pencipta tetapi Sekularisme mengingkari tujuan Tuhan menciptakan alam semesta, manusia, dan kehidupan. Pandangan ini jelas merupakan suatu pengingkaran terhadap Tuhan.

Dengan demikian qiyadah fikriyah Sekularisme secara tegas dan pasti menolak bahkan menghancurkan setiap ajaran agama yang menyuruh manusia menerapkan hukum-hukum Tuhan yang mengatur masalah publik.

Penolakan Sekularisme ini jelas sebagai pembunuhan terhadap fitrah manusia, yakni naluri beragama, sebab Sekularisme menolak dan menghancurkan setiap manusia yang menyalurkan naluri beragamanya secara sempurna.[17] Setiap prinsip/ajaran atau pemikiran yang mengekang dan membunuh fitrah manusia adalah batil. Jadi atas dasar ini saja Sekularisme merupakan akidah yang batil.

Meskipun akidah Sekularisme merupakan akidah akliyah, karena ia memecahkan permasalahan fundamental kehidupan dengan jalan pemikiran, akan tetapi akidah ini tidak dibangun dari pemikiran yang benar. Sekularisme hanyalah akidah yang lahir atas dasar kompromi bukan atas dasar suatu pemikiran yang utuh dan tidak pula teruji kesahihannya. Kompromi dilakukan oleh dua pihak yang memiliki pemikiran yang saling bertentangan, antara pihak yang menginginkan tetap bergabungnya otoritas gereja dengan negara dalam mengontrol kehidupan negara dan masyarakat dengan pihak yang menolak sama sekali keberadaan agama di muka bumi. Jelas berdasarkan latar belakang dilakukannya kompromi tersebut, maka Sekularisme bukanlah akidah yang dibangun berdasarkan akal jernih tetapi atas dasar jalan tengah (pencampuradukan), sehingga akidah ini sebenarnya tidak dapat memuaskan akal.[18]

Jika ditarik pandangan yang saling kontradiktif pada saat itu, maka Sekularisme mencampuradukan antara yang batil (ajaran gereja) dengan yang batil (pemikiran yang menolak campur tangan agama dalam kehidupan) sehingga akidah Sekularisme sebagai hasil kompromi adalah suatu kebatilan yang baru.

Jika ditarik pandangan secara garis besar, maka Sekularisme mencampuradukan antara yang hak (Tuhan yang mengatur kehidupan) dengan yang batil (penolakan terhadap peranan Tuhan di dunia) sehingga akidah kompromi ini adalah akidah yang batil.[19]

Suatu akidah yang dibangun berdasarkan kebatilan maka fikrah dan thariqah yang dilahirkannya juga batil sehingga ideologi yang dibangun dari akidah ini tidak dapat membawa manusia kepada kebahagiaan hakiki selain malapetaka kehidupan di dunia, seperti halnya suatu bangunan yang dibangun dari fondasi yang rapuh maka bangunan tersebut juga sangat rapuh sehingga membahayakan para penghuninya.

Ideologi Islam

Berbeda dengan Kapitalisme, akidah Islam selain mengakui keberadaan Tuhan sebagai Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan, serta kepada-Nya-lah seluruhnya kembali setelah berakhirnya kehidupan ini, akidah Islam mengharuskan para pemeluknya untuk tunduk dan patuh kepada Tuhan dalam kehidupannya di dunia.

Ketundukan dan kepatuhan ini bukanlah suatu dogma, tetapi merupakan keyakinan yang diperoleh dari hasil pemikiran mendasar. Karena dalam akidah Islam, pembuktian keberadaan dan ketauhidan Allah, keotentikan alquran, dan nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah (rasulullah) diperoleh dari proses pemikiran, di mana secara akliyah ketiganya dapat dibuktikan oleh akal dengan sangat memuaskan sehingga tidak ada argumentasi apapun yang dapat membantahnya.

Dengan pembuktian yang tidak terbantahkan secara akliyah, maka apa-apa yang berasal dari Allah (wahyu) yang disampaikan oleh rasulullah kepada umat manusia melalui periwayatan-periwayatan yang mutawatir seperti yang tertera di dalam alquran dan hadits-hadits mutawatir merupakan perkara-perkara akidah yang tidak dapat terbantahkan pula, sehingga kita harus mengambilnya sebagai pegangan hidup yang menjadi asas, qaidah fikriyah, dan qiyadah fikriyah kita.

Atas dasar itulah, kehidupan manusia di dunia menurut akidah Islam harus tunduk dan patuh dalam aturan-aturan yang ditetapkan Allah swt bagi manusia, sebagaimana firman-Nya berikut ini:

Apa saja yang diperintahkan oleh rasulullah kepada kalian, laksanakanlah, dan apa saja yang dilarangnya atas kalian, tinggalkanlah. (QS. al-Hasyr [59]: 7).

Demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) sebagai hakim/pemutus atas apa saja yang mereka perselisihkan. (QS. an-Nisa [4]: 65).

Dalam hal apa saja kalian berselisih, maka putusannya harus dikembalikan kepada Allah. (QS. asy-Syura [42]: 10).

Kemudian, jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah pada Allah (alquran) dan rasul-Nya (sunnah). (QS. an-Nisa [4]: 59).

Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. (QS. al-An'am [6]: 57).

Wujud ketundukan dan kepatuhan seorang muslim kepada Tuhannya adalah dengan menerapkan hukum syara' secara praktis dalam kehidupan, baik dalam hubungannya dengan Allah, hubungannya dengan dirinya sendiri, hubungannya dengan manusia lainnya, penerapan hukum syara' dalam wilayah privat dan dalam wilayah publik.

Pandangan akidah Islam itulah yang menjadi solusi fundamental masalah kehidupan dan dari atasnya terpancar pemikiran dan peraturan Islam yang memecahkan segala problematika kehidupan yang dihadapi manusia.

Akidah Islam dibangun dari pemikiran yang utuh dan teruji kesahihannya oleh akal. Di samping itu, akidah Islam juga tidak berbuat zalim terhadap naluri beragama manusia, justru akidah Islam membimbing manusia supaya menyalurkan naluri beragama secara benar dengan hanya berakidah dan beramal kepada Pencipta langit dan bumi. Dengan demikian fikrah dan thariqah yang dipancarkan dari akidah ini berasal dari Allah yang hanya Dia-lah yang mengetahui mana yang baik dan benar, sehingga dalam akidah Islam Allah-lah yang menjamin kebahagian hidup manusia tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat dan menjauhkan manusia dari malapetaka kehidupan.

Pemikiran Cabang Kedua Idiologi Ini

Bagi para pengemban ideologi Kapitalis, Sekularisme merupakan jalan menuju kebangkitan, karena dengan memisahkan agama (baca: Kristen) dari kehidupan, praktis tidak ada lagi hambatan dalam pengembangan pemikiran dan ilmu pengetahuan.[20] Mereka benar-benar memperoleh kemandirian dari pengaruh ajaran Kristen yang selalu menghambat ilmu pengetahuan, serta mendapatkan kebebasan untuk berpikir dan merealisasikan ide-idenya. Perkembangan pemikiran dan ilmu pengetahuan inilah pada abad ke-18 telah menjadi ruh revolusi Perancis dan revolusi industri.[21]

Inti pemikiran yang terkandung di dalam Sekularisme adalah kebebasan individu.[22] Kebebasan individu merupakan prinsip yang harus diwujudkan dalam ideologi Kapitalisme, sebab prinsip kebebasan individu menjamin keberlangsungan Sekularisme terutama dalam hal pelaksanaan kedaulatan dan menjalankan kehendak rakyat secara sempurna.[23]

Menurut Abdul Qadim Zallum, prinsip kebebasan individu yang bersifat umum (universal) dan harus diwujudkan di dalam masyarakat Kapitalis sekaligus untuk memelihara dan menyebarkan Sekularisme meliputi empat prinsip, yaitu:

1. Kebebasan beragama (freedom of religion).

2. Kebebasan berpendapat (freedom of speech).

3. Kebebasan kepemilikan (freedom of ownership).

4. Kebebasan berperilaku (freedom of behavior).[24]

Untuk memelihara dan menjamin keberlangsungan Sekularisme, Kapitalisme membuat peraturan-peraturan yang menjamin kebebasan beragama. Peraturan-peraturan tersebut memberikan kebebasan kepada manusia untuk beragama atau tidak beragama dan melarang individu memaksakan agamanya kepada individu lainnya. Akan tetapi jaminan kebebasan ini hanya sampai pada satu titik, yaitu tidak ada jaminan bagi individu yang melaksanakan agamanya secara sempurna yang agamanya memiliki peraturan-peraturan masalah publik, seperti masalah hukum, politik dan negara, ekonomi, sosial budaya, dan pendidikan. Qiyadah fikriyah Kapitalisme akan menghalang-halangi dan menghancurkannya dengan menciptakan propaganda dan perangkat hukumnya.[25]

Dalam sistem politik, Kapitalisme menerapkan sistem demokrasi, yaitu sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Aspek paling fundamental dalam demokrasi adalah kedaulatan di tangan rakyat dan rakyat sebagai sumber kekuasaan.[26] Aspek ini merupakan implementasi sekaligus sebagai jalan Kapitalisme dalam menjamin keberadaan Sekularisme.

Dengan kedaulatan di tangan rakyat, maka sistem demokrasi menempatkan rakyat sebagai sumber dan pembuat hukum bukan Tuhan. Agar aspek ini jalan, demokrasi menciptakan badan legislatif sebagai lembaga yang membuat undang-undang. Lembaga ini merupakan lembaga perwakilan rakyat dalam membuat undang-undang sekaligus untuk mewakili aspirasi rakyat. Sedangkan untuk menerapkan dan menjaga undang-undang yang dibuat legislatif, rakyat memberikan kekuasaannya kepada pemerintah (eksekutif) untuk melaksanakannya. Dalam memilih wakil rakyat dan menentukan pemegang tampuk kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan, sistem demokrasi menggunakan cara pemilihan umum dan referendum.

Dari mekanisme demokrasi inilah lahir berbagai undang-undang dan kebijakan pemerintah dalam mengatur kehidupan negara dan masyarakat, sehingga sistem ini sangat menentukan bagaimana sistem hukum dibuat dan diterapkan serta untuk kepentingan apa hukum tersebut diadakan. Karena itu penguasaan atas lembaga eksekutif dan legislatif menjadi rebutan partai politik, sehingga dari sini orientasi politik dalam demokrasi adalah kekuasaan bukan memberikan pelayanan dan perlindungan bagi rakyat.

Agar mekanisme demokrasi tersebut dapat berjalan, maka sistem ini memberikan jaminan kebebasan berpendapat kepada setiap orang baik pendapat tersebut membawa kemaslahatan bagi rakyat atau golongannya saja, maupun pendapat yang hakikatnya merusak kehidupan masyarakat. Setiap orang diberikan hak untuk mengemukakan pendapatnya, mendirikan partai politik, memilih atau tidak memilih dan untuk dipilih sebagai wakil rakyat atau sebagai penguasa.

Meskipun memberikan jaminan kebebasan bependapat atau berpolitik, tetapi Kapitalisme menolak dan mengancam pihak yang pendapat dan sikap politiknya bertentangan dengan ideologi ini apalagi jika bertentangan dengan Sekularisme. Qiyadah fikriyah Kapitalisme akan menciptakan propaganda dan peperangan untuk menghancurkan gerakan, partai dan negara yang tidak mengindahkan nilai-nilai Sekularisme dan Kapitalisme.[27]

Dalam sistem ekonomi, Kapitalisme menempatkan kebebasan kepemilikan sebagai motor penggerak perekonomiannya. Kebebasan kepemilikan merupakan kebebasan setiap individu untuk memiliki harta dalam bentuk apa pun dan mengembangkannya dengan sarana dan cara yang diinginkannya,[28] sehingga bukanlah suatu persoalan pemenuhan kepemilikan yang diinginkan orang tersebut apakah berasal dari perut (dari kebutuhannya) atau cuma dari fantasinya (khayalan) saja.[29] Juga bukan persoalan apakah kepemilikan yang dikuasainya memiliki sifat menguasai hajat hidup orang banyak atau memiliki sifat merusak. Setiap orang bebas bersaing untuk mendapatkan kekayaan dan keuntungan materi (profit).

Philosuf Inggris Herbert Spencer, sebagaimana dikutip Asif Khan, mengemukakan keyakinannya bahwa prinsip survival of the fittest (seleksi alam)[30] merupakan prinsip wajib yang dianut Kapitalisme dalam memposisikan kegiatan ekonominya.[31] Dengan prinsip ini kekayaan hanya akan berputar pada individu-individu yang memiliki kekuatan, kekuasaan dan kemampuan.

Sinergisme antara kebebasan kepemilikan dan filsafat ekonomi sekuler dengan revolusi industri semakin mengukuhkan penguasaan kekayaan di tangan segelintir orang yang memiliki modal kuat saja. Mekanisme ekonomi seperti ini menyebabkan akumulasi modal (kapital) secara terus-menerus ke tangan para pemilik modal.[32] Dari sinilah muncul istilah kapitalis. (Bersambung)

------------------------------------------------------------------------------

[1] Muhammad Muhammad Ismail, Bunga Rampai Pemikiran Islam (Al Fikru Al Islamiy), alih bahasa Nurkhalis, cet. v, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hal. 180-181.

[2] Ibid.

[3] Taqyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam (Nizham al-Islam), alih bahasa Abu Amin dkk, cet. ii, (Bogor: Pustaka Thaqriqul Izzah, 2001), hal. 2.

[4] Ibid, hal. 36-37.

[5] Ibid, hal. 37.

[6] Ibid, hal. 39.

[7] Mengenai alasan dan analisa yang menyebabkan pandangan hanya ada tiga ideologi di dunia, serta mengapa aikdah Islam disebut juga sebagai akidah akliyah, lihat ibid, bab Jalan Menuju Iman dan bab Kepemimpinan Berpikir dalam Islam.

[8] Abdul Qadim Zallum, Demokrasi Sistem Kufur, Haram Mengambil, Menerapkan, dan Menyebarluaskannya (Ad-Dimukratiyah Nizham al-kufr), alih bahasa M. Shiddiq al-Jawi, cet. II, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2001), hal. 5.

[9] Murtadha Muthahhari, Kritik Islam terhadap Materialisme (The Causes Responsible for Materialist Tendencies in The West), alih bahasa Persia-Inggris Mujahid Husayn, alih bahasa Inggris-Indonesia Akmal Kamil, cet. I, (Jakarta: Al-Huda, 2001), hal. 101-102.

[10] Ibid.

[11] Ali Shariati, Tugas Cendikiawan Muslim (Man and Islam), alih bahasa M. Amin Rais, cet. ii, (Jakarta: CV Rajawali, 1984), hal. 216.

[12] Ibid.

[13] Abdul Qadim Zallum, Demokrasi Sistem Kufur., hal. 5-6.

[14] Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat: Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik Zaman Kuno hingga Sekarang (History of Western Philosophy and Its Connection with Political and Social Circumstances from the Earliest Times to the Present Day), alih bahasa Sigit Jatmiko dkk, cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hal. 645.

[15] Abdul Qadim Zallum, Demokrasi Sistem Kufur., hal. 6.

[16] M. Amin Rais, Cakrawala Islam, cet. i, (Bandung: Mizan, 1987), hal. 91. Pen. : meskipun akidah Sekularisme mengakui Tuhan sebagai Pencipta, kebebasan yang diberikan kepada setiap individu untuk beragama atau tidak, dan meletakkan kemampuan akal di atas segala-galanya, maka sebagian orang-orang yang menganut ideologi Kapitalis bisa jadi orang atheis.

[17] Taqyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam, hal. 56. Pen. : misalnya propaganda dan peperangan yang dilancarkan Amerika terhadap setiap gerakan Islam yang berusaha menegakkan syariat Islam di negerinya sendiri, merupakan suatu tindakan Amerika atas dasar Sekularisme yang berusha membunuh naluri beragama umat Islam.

[18] Ibid, hal. 61.

[19] Ibid.

[20] Sayyed Hossein Nasr, Menjelajah Dunia Modern, Bimbingan untuk Kaum Muda Muslim (A Young Muslim's Guide to the Modern World), alih bahasa Hasti Tarekat, cet. I, (Bandung: Mizan, 1994), hal. 155.

[21] Ibid, hal. 162. Lihat juga Ali Shariati, Tugas Cendikiawan Muslim, hal. 216.

[22] Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat., hal. 647.

[23] Abdul Qadim Zallum, Demokrasi Sistem Kufur., hal. 4.

[24] Ibid, hal. 5.

[25] Propaganda seperti Islam liberal, pluralisme, toleransi, fundamentalis, ekstrimis, teroris, serta undang-undang anti terorisme dan sejenisnya merupakan qiyadah fikriyah Kapitalisme yang berusaha menghancurkan Islam sebagai agama yang sempurna, sebagai sebuah ideologi, menjadi agama ritual belaka.

[26] Ibid, hal. 7.

[27] Pelarangan aktivitas gerakan Islam di negeri-negeri Barat dan negeri-negeri Islam dilakukan karena gerekan-gerakan tersebut sikap politiknya bertentangan dengan Sekularisme dan Kapitalisme. Di Aljazair kemenangan Partai Islam FIS dalam pemilu 1992 dibatalkan oleh pemerintah, bahkan partai tersebut dibubarkan sedangkan aktifisnya ditangkapi dan dibunuh. Hal tersebut terjadi karena FIS memiliki sikap politik untuk menegakkan syariat Islam. Tindakan pemerintahan Aljazair ini mendapatkan dukungan penuh Amerika Serikat dan Perancis. Pemerintah negara-negara Kapitalis juga mengkampanyekan bahwa Islam harus dipisahkan dari politik dengan alasan politik itu kotor, Islam tidak mengatur masalah kenegaraan, syariat Islam hanya cocok untuk jaman dan kondisi dahulu saja, syariat Islam kejam dan mendiskriminasi kaum wanita.

[28] Ibid, hal. 77.

[29] Karl Marx, Capital Jilid I, diterjemahkan dari bahasa Hongaria oleh Edi Cahyono, http://www.marxists.org/indonesia/archive/marx-engels/1867/capital01.htm

[30] Survival of the fittest (seleksi alam) adalah istilah yang digunakan oleh Darwin untuk menjelaskan bagaimana hewan mempertahankan hidupnya. Ia mencontohkan serigala. Untuk mendapatkan masangnya, serigala memperolehnya sebagian dengan tipu muslihat, sebagian dengan kekuatan, sebagian lagi dengan kecepatan. Jika mangsa yang ada hanya rusa yang larinya cepat, sedangkan mangsa-mangsa lainnya yang lebih lemah jauh berkurang, maka serigala harus dapat memangsa rusa agar dapat bertahan hidup. Menurut Darwin, hanya serigala-serugala yang memiliki kekuatan dan kecepatan berlari serta ramping yang dapat memangsa rusa sehingga serigala inilah yang dapat bertahan hidup, sedangkan serigala-serigala yang lemah akan sulit bertahan hidup. Dengan cara inilah alam menyeleksi sendiri serigala mana yang dapat bertahan hidup. Lihat: Charles Darwin, The Origin of Species: Asal Usul Spesies, alih bahasa F. Susilohardo dan Basuki Hernowo, cet. I, (Yogyakart: Ikon Teralitera, 2002), hal. 96.

[31] Asif Khan, Exposition of Capitalism - The Corrupted Creed [Part 2], http://www.mindspring.eu.com/capitalismp2.htm

[32] Anonim, Pengantar Ekonomi Politik, November 2002 http://www24.brinkster.com/indomarxist/ 00000066.htm
  

“Buruan Cium Gue”



Kamu pasti udah tahu film layar lebar keluaran terbaru Multivison Plus ini. Bahkan sangat boleh jadi kamu merasa terlibat dan melibatkan diri dalam kontroversi film ini. Kalo saya sendiri rada males ikutan menuliskan di buletin ini. Kenapa? Karena bisa jadi hal ini kian melariskan film tersebut. Kritikan justru bisa berubah jadi iklan gratis. Tapi, alasan saya menuliskan kembali obrolan tentang kontroversi film yang dibintangi Masayu Anastasya dan Hengky Kurniawan ini tiada lain karena merasa tertantang dan sebagai salah satu bentuk tanggung jawab untuk meluruskan pemahaman kamu semua. Semoga saja kamu semua juga setuju.

Oya, jangan dianggap ngeguruin ye. Itu sebabnya, kita ngobrol aja. Ya, anggap saja tulisan kali ini semacam curhat aja. Karena saya yakin, kamu udah pada tahu kontroversi yang berkembang saat ini tentang film remaja yang emang judulnya provokatif itu.

Sobat muda muslim, rasanya sudah sering banget kita disuguhi film-film remaja model begini. Dari yang pesannya ‘halus' sampe yang provokatif seperti film ini. Kita juga sudah kenyang melahap beragam informasi yang sayangnya banyak banget yang error . Kalo nggak kuat-kuat iman mah , bisa bablas deh. Maklum, siapa sih yang nggak tergoda ketika disuguhi adegan syur. Apalagi itu cuma pantas dinikmati oleh mereka yang udah sah jadi suami-istri. Buat para lajang bisa gaswat tuh!

“Buruan Cium Gue”, yang ide cerita dan skenarionya ditulis oleh penulis pendatang baru, Ve Handojo ini mencoba memotret kehidupan remaja Jakarta dengan segala ulah dan permasalahannya. Berangkat dari pemikiran ini, Ve melihat bahwa ciuman di kalangan remaja masih dilihat sebagai sesuatu yang luar biasa. Banyak remaja yang penasaran bagaimana rasanya ciuman. Padahal, di balik satu ciuman sejuta resenya, seperti yang ditulis dalam slogan film ini.

Dari segi penggarapan cerita emang unik, meski hal itu udah biasa. Maklum, orang akan mudah terpikat dengan sesuatu yang umum tapi dengan kemasan yang lain daripada yang lain. Bisa jadi inilah yang diinginkan si penulis cerita dan juga produser film remaja ini.

Seperti yang udah kita ketahui bersama dalam cerita film ini (ciee bahasanya kok resmi amat. Kayak pak lurah aja!), karakter remaja yang penasaran ini tergambar lewat tokoh Desi (Masayu Anastasya), seorang murid kelas 3 SMU yang juga bekerja sebagai pembawa acara remaja di radio. Dia sudah menjalin hubungan asmara dengan Ardi (Hengky Kurniawan) yang sudah kuliah selama dua tahun. Selama berpacaran, Ardi ingin menerapkan gaya pacaran sehat dengan menjauhi segala bentuk kontak fisik, termasuk ciuman. (ada juga toh pacaran sehat? Jangan-jangan cuma sehat doang dalam pandangan hawa nafsu, tapi sejatinya melanggar syariat tuh!)

Oya, hubungan dua remaja ini mulus-mulus saja sampai suatu hari, di sela-sela siaran langsung di radio, Desi ditanya oleh seorang pendengar tentang pengalaman ciuman pertamanya. Karena terdesak, Desi berbohong dengan mengaku sudah pernah ciuman dengan Ardi. Pengakuan Desi membuat Ardi marah. Apalagi Desi diminta tampil di sebuah acara tv menceritakan pengalamannya itu bersama Ardi.

Masalah ini kontan membuat hubungan mereka terganggu. Ardi masih bersikeras tak mau mencium Desi, sementara Desi balik menganggap sikap Ardi terlalu kolot. Dari situ, Desi justru semakin penasaran untuk mendapatkan ciuman dari Ardi. Apalagi, teman-temannya selalu memanas-manasi untuk melakukannya. Desi pun mengerahkan segala cara demi merasakan ciuman pertamanya. Waduh!

Satu film berjuta dampaknya

Disinggung bahwa film ini terlalu agresif memperlihatkan adegan ciuman seperti yang terlihat dalam trailer -nya, dan justru akan mendorong remaja melakukan hal yang sama, terlebih dengan judulnya yang amat provokatif, produser Raam Punjabi hanya menjawab silakan menonton filmnya dulu sebelum memberikan penilaian. Walah!

Ketika ditanya lebih lanjut, Raam menambahkan, “Kita jangan cepat-cepat memberikan penilaian buruk mengenai masalah ciuman ini. Ciuman tidak dilarang dalam budaya kita, tergantung tempatnya di mana. Padahal, satu ciuman sejuta resenya. Kita ingin menunjukkan banyak pengalaman dan banyak pula akibatnya,” tandas Raam yang dijuluki sebagai rajanya sinetron remaja. (sinarharapan.co.id, 26/7/04)

Sobat muda muslim, film termasuk media komunikasi massa. Dari segi dampak atau pengaruhnya kepada khalayak jelas menjangkau lebih banyak massa. Beda banget kalo media kita cuma dinikmati teman satu kos atau keluarga di rumah aja. Tentunya, media itu cuma berdampak kepada sejumlah orang yang bisa diitung lewat jari. Tul nggak? Tapi satu film yang mengumbar maksiat, dan itu ditonton jutaan orang, wah, bisa dibayangkan dampaknya. Syerem abiz!

Ngomong-ngomong soal dampak sebuah film, kita bisa memelototi daftarnya yang emang cukup banyak. Kamu pernah nonton film Alladin versi Walt Disney? Dalam sebuah film animasinya yang berjudul Aladdin (1992), salah satu tema lagunya dengan nada cukup mengejek Islam dengan sebutan Arab adalah bangsa bar-bar, “It's barbaric, but hey, it's home” . Penonton terpengaruh? Tentu saja ada. Itu sebabnya sampai sekarang Amrik selalu curigesen sama etnis ini, yang menurut mereka mewakili Islam.

Saya pernah tanpa sengaja nonton film yang diputar lewat video dalam perjalanan ke luar kota menggunakan bis. Waktu itu film yang sedang diputar adalah Eraser . Film ini dibintangi oleh binaragawan asal Austria, Arnold Schwarzenegger. Dalam sebuah dialognya menyudutkan Hamas, kelompok pejuang Palestina, sebagai teroris. Ketika ditanya temannya, “Dari mana kamu dapatkan senjata ini?”. Jawaban Arnold, “Dari gerakan Hamas, teroris Palestina.”

Penodaan terhadap perjuangan Hamas dan rakyat Palestina melawan penjajah Israel sangat boleh jadi dipersepsi salah oleh ribuan, atau mungkin jutaan pemirsa yang menonton film tersebut. Diharapkan sikap pembelaan kepada Amrik dan Israel akan lebih besar setelah pemirsa nonton film ini.

Itu sebabnya, sangat boleh jadi jika banyak teman remaja yang takut dengan Islam dan merasa harus menolak ikut pengajian karena khawatir dianggap teroris, bukan saja karena seringnya membaca dan mendengar berita yang menyudutkan Islam, tapi bisa jadi karena kebanyakan nonton film laga Amrik macam Death Before Dishonor (1987), True Lies (1994), Executive Decision (1996), Delta Force yang dibintangi Chuck Norris , dan juga Top Gun yang pernah melambungkan nama Tom Cruise.

Jangan anggap enteng

Jangan anggap enteng soal dampak yang dihasilkan media massa. Isi film “Buruan Cium Gue” sangat mungkin untuk ditiru para remaja yang menjadi penontonnya. Sebab, gimana pun juga, film seringkali menginspirasi pemirsanya. Malah sangat boleh jadi akan diikuti rumah produksi lainnya jika ternyata film itu banyak ditonton orang (dasar otak kapitalis! Mikirnya duit mulu , soal moral mah ditaro di jempol kaki kali ye).

Sobat muda muslim, dalam kondisi seperti ini, alhamdulillah ternyata masih ada yang peduli untuk meluruskan keganjilan dari film ini (moga saja tulisan di buletin ini juga termasuk upaya amar ma'ruf wa nahyi munkar ).

“Bagi pria dan wanita yang bukan mahram, bersentuhan apalagi berciuman adalah perbuatan zinah. Dan film yang kira-kira judulnya Buruan Berzinah itu sama saja mengajak generasi muda kita untuk berzinah. Oleh karena itu saya mengimbau para sutradara dan pemain yang beragama Islam agar merenungi hal ini,” tutur Aa Gym saat menyampaikan ceramah di Masjid Itiqlal yang disiarkan langsung oleh SCTV 8 Agustus 2004.

Sebenarnya, sebelum Aa Gym mengeluarkan komentarnya di hadapan jutaan pemirsa televisi tersebut, berbagai mailing list (milis) perfilman dan pertelevisian juga sudah ramai membicarakan film yang digarap Sindo HW itu. Beragam tanggapan pro dan kontra pun keluar dari beberapa anggota milis. (suaramerdeka.com, 13/8/04)

Meski ini terjadi pro-kontra, tapi jangan anggap enteng bahwa kita boleh berbeda pendapat dalam masalah ini. Apalagi kemudian membiarkan masyarakat yang akan memilih. Wah, itu keliru. Kenapa? Karena, selain kebenaran bagi seorang muslim harus didasarkan pada ajaran Islam, juga untuk sesuatu yang jelas kerusakannya tidak perlu ada perbedaan pendapat atau perdebatan. Tapi harus segera diselesaikan lewat jalur hukum. Ditentukan kejelasannya. Nah, negara dong yang berperan besar dalam masalah ini. Tul nggak?

Film bernuansa pornografi ini sebetulnya bisa saja dengan mudah diberantas, asal penguasa di negeri ini mampu dan mau melakukannya dengan sepenuh hati. Cuma masalahnya, selama masih bermesraan dengan sistem kapitalisme yang emang rusak ini, maka nggak akan bisa selesai sampe tuntas. Selalu aja ada bara tersisa, dan itu bisa dikipasin lagi untuk kembali menyala. Maklumlah, penyelesaian setengah hati. Jangan kaget pula kalo kini permisivisme udah jadi ‘Tuhan'.

Itu sebabnya, tampak jelas kalo saat ini para pejabat negara nggak begitu selera untuk membenahi persoalan ini. Apalagi sekarang lagi mikirin hari bersejarah 20 September 2004. Pasti mikirnya kursi kepemimpinan melulu. Kalo pun peduli sama rakyat, ya, sebatas nyari simpati aja untuk milih dirinya nanti. Celakanya, kepedulian itu pun cuma diwujudkan dengan mengadakan lomba balap karung dan panjat pinang dalam rangka memperingati kemerdekaan. Tulalit banget kan? (masih mending kata Si Oneng di Bajaj Bajuri , “Emang tahun '45 ada balap karung Mak?” ketika Si Emak mau ikutan lomba balap karung memeriahkan 17-an).

Ini kapitalisme, Bung!

Emang sih, kalo kita mau ngelihat secara jernih dan dengan akal yang waras, sinema lokal maupun yang impor tidak menawarkan solusi yang jelas. Oke deh, kalo ngomongin muatan Islam, kayaknya nggak ada tuh yang bener. Kalo kita bicara soal moral saja, mana ada sinema kita yang mendidik ke arah sana. Tul nggak? Kalo ngajak kepada yang nggak bener emang banyak.

Selain itu, kayaknya bisa bikin otak kamu turun ke dengkul deh. Hampir semua sinetron dan juga film remaja menjual mimpi. Semua bercerita tentang cinta, selingkuh, dan pernak-perniknya. Cerita kayak gitu menjual mimpi banget! Bikin kita males mikir. Akhirnya, ya jadi generasi pemimpi. Bukan generasi impian. Astaghfirullah…

Ya, maklumlah sobat, hidup di jaman yang serba bebas nilai begini, kita bakalan dihadapkan terus pada persoalan kehidupan yang njlimet. Dalam sistem kehidupan kapitalisme, manusia diajarkan dan dilatih untuk hidup semaunya, alias bebas nilai. Karena, yang terpenting adalah menguntungkan secara materi. Perkara apakah akan membawa kerusakan moral apa kagak, baik buat dirinya maupun orang lain, bukan urusan penting. Nggak peduli lagi soal halal dan haram. Sebab, urusan duit adalah di atas segalanya. Ini kapitalisme Bung! Mafih fulus mampus!

Bagi kita saat ini, paling banter adalah pandai memilih dan memilah. Emang sih, seharusnya negara yang bertanggung jawab. Sebab, merekalah yang punya kekuatan untuk mengubah. Sayangnya, selama masih betah dengan sistem kapitalisme, harapan untuk lebih baik nyaris tak mungkin terealisasi. Intinya, kita pahami Islam, dan buanglah jauh-jauh ajaran kapitalisme-sekularisme dari kehidupan kita. Jadi, mari kita kampanyekan untuk tegaknya kembali syariat Islam, di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Islam, wajib diterapkan sebagai ideologi negara.

Sebab dalam Islam, negara akan memberikan program untuk menanamkan pemahaman secara rutin kepada warga negaranya. Kalo masih ada yang bandel, maka aturan dan sanksi yang diterapkan akan menjerat mereka. Beres. Setuju kan? Harus! Hidup Islam! [solihin]

Cewek Tomboy? Jangan Ah!




Tomboy. Kata itu berasal dari Tom yang boy, alkisah sih begitu awalnya. Tapi akhirnya kosakata ini identik dengan cewek yang sikap dan tingkahnya kayak Tom, eh…maksudnya kayak cowok. Mulai dari dandanannya, gaya berpakaiannya, rambutnya, hobinya, sampai ke tingkah segala rupa. Konon para cewek suka banget en pada bangga kalau mereka mendapat sebutan tomboy. Bener nggak sih?

Coba lihat saja sinetron yang meng- explore sikap tomboy ini dalam Kecil-kecil Jadi Manten yang tokoh utamanya bernama Rohaye yang diperankan Sukma Ayu (anaknya Ibu Nani Wijaya yang main di sinetron Bajaj Bajuri sebagai emaknye Oneng). Doi berpenampilan ala cowok. Rambutnya aja dipermak ala pesepak bola asal Brasil, Ronaldo. Baju kaos dan celana yang identik dengan baju kebangsaan cowok. Udah gitu suka berkelahi en suka panjat-panjat pohon, main sepak bola meski doi cewek sendiri, hingga gaya berjalan semua dibuat sedemikian rupa biar kayak cowok beneran. Belum lagi sinetron-sinetron remaja yang kerapkali menggambarkan seorang cewek yang mukulin cowok hingga babak belur. Weh, bener-bener cewek maskulin tuh! Hehehe

Itu di sinetron, lho. Belum lagi media iklan yang juga suka banget munculin tokoh-tokoh tomboy terutama produk-produk buat remaja. Coba deh lihat di sekeliling kamu, akan banyak lagi dijumpai fenomena cewek tomboy ini. Seakan-akan jadi cowok tuh enak banget, cool man! Tapi apa iya sih jadi cewek yang bertingkah kayak cowok itu emang kelihatan cool dan asyik?

Munculnya cewek tomboy

Cewek tomboy itu bukan karena keturunan, juga bukan penyakit menular (hehehe ngelantur deh). Maksudnya, cewek tomboy tuh emang bukan karena adanya faktor genetik atau semacam penyakit.

Terus, apa dong yang bikin tren cewek tomboy in marak? Ehm, munculnya fenomena cewek tomboy karena dibentuk oleh lingkungan, Non. Faktor keluarga yang cenderung bebas. Misalnya aja, ortu membiarkan alias nggak ngasih arahan buat anaknya yang cewek. Mereka mau jadi tomboy atau feminin, itu bukan menjadi perhatian ortu. Walah?

Sobat muda muslim, cewek tomboy juga bisa dibentuk atau tepatnya terbentuk dari pergaulan yang salah. Misalnya aja, ia merupakan perempuan satu-satunya di tengah saudara-saudaranya yang cowok semua. Jadi deh, perempuan di sarang penyamun, eh, di sarang cowok. Paling cantik sendiri (hihihi, iya dong, kan kakak-adiknya cowok semua. Kalo cewek kan cantik. Kalo cowok baru ganteng)

Anak cewek yang hidup di lingkungan keluarga yang saudaranya cowok semua, pola pergaulannya akan dominan terpengaruh gaya cowok tuh. Mulai berpakaian sampe gaya nongkrongnya (hehehe..bukan nongkrong di WC, tapi tampilannya maskulin banget).

Nah, selain dua kondisi di atas, cewek tomboy bisa juga hasil bentukan dan didikan keluarga karena memandang bahwa jadi cowok itu jauh lebih oke dan bergengsi daripada jadi cewek. Ada lho keluarga yang begini. Anak cewek sama cowok diperlakukan beda ama ortu dan juga lingkungan. Beda dalam pengertian memuji salah satu dan mengkerdilkan peran salah satunya. Jadilah yang terlahir sebagai cewek nggak pede dengan kodratnya dan memilih bertingkah sebagai cowok. Sebaliknya, sangat boleh jadi ada anak cowok yang minder punya otot kawat balung wesi (Gatot Kaca kali!), akhirnya memilih dan enjoy dengan gaya feminin kayak Si Ongky yang jadi suaminya Rohaye di sinetron Kecil-kecil Jadi Manten .

Sobat muda, ibarat banyak jalan menuju Roma, maka munculnya cewek tomboy bisa juga karena tren. Banyak banget tuh para cowok suka sama style cewek tomboy. Dengan alasan kalo cewek tomboy lebih enak diajak gaul daripada yang cewek beneran, atau orangnya nggak terlalu rewel dan nggak manja. Bisa menghidupkan segala suasana pergaulan. Sehingga cewek yang awalnya nggak tomboy, tapi karena tuntutan jaman dan tren akhirnya mulai coba-coba untuk bergaya tomboy. Mulai deh pake celana jins dan kaos oblong, topi dipakai terbalik kayak abang becak. Udah gitu, maennya sama cowok mulu . Sampe-sampe tertawa, berbicara, dan bergaya pun ala cowok agar sebutan cewek tomboy melekat pada dirinya. Duileee…

Tapi, jadi cewek tomboy membawa konsekuensi tersendiri lho. Ada yang cuma gayanya aja kayak cewek tomboy, tapi diputusin cowoknya tetep nangis Bombay. Ih..jijay banget kan? Atau gayanya sok cowok, tapi ternyata pas ada cowok kiyut lewat, matanya tetep aja ijo. Itu mah cewek banget atuh . Hehehe..

Jadi wanita beneran

Kenapa sih rewel soal status? Begini sobat, kita sekadar ngingetin bahwa kalo kamu tuh cewek dan bukan cowok. Meski bergaya kepengen kayak cowok, toh perabotan alami diri kamu tetep cewek. Mau operasi ganti kelamin? Apa iya sebegitu sebalnya kamu jadi cewek sampe berpikir ke sana? Toh sekali waktu meski jarang dalam hidupmu kamu tetap mengakui bahwa kamu tuh emang cewek. Ayo ngaku! Hehehe

Karena dalam Islam sendiri jenis kelamin tuh cuma ada dua, kalo gak cewek yah cowok. Nggak ada jenis ketiga, cowok yang bercitra cewek atau cewek yang bergaya cowok alias tomboy. Makanya bagi kamu-kamu yang merasa tomboy, cepet insaf. Karena Islam sendiri melarang cewek yang bertingkah-laku dan berpakaian seperti cowok.

Oya, jadi cewek berani emang boleh dan kudu lagi. Misal, ketika kamu diajak dugem atau ke hal-hal yang nggak bener, kamu kudu berani bilang ‘TIDAK'. Nggak pada tempatnya lagi kalo kamu diajak nggak bener tapi takut nolak. Tapi inget, jadi cewek berani nggak harus tomboy dalam kelakuan. Masak iya sih, kamu mau bawa golok untuk nunjukkin kalo kamu nggak mau diajak maksiat. Nggak kan?

Keras kemauan dan tekad itu bagus, bahkan kudu lagi. Apa yang menjadi cita-citamu kamu kudu berusaha meraihnya. Apa yang menjadi prinsip kamu, itu kudu dipegang dengan kuat. Tapi jangan salah, entar prinsip nggak berdasar kamu ikuti. Misal, kamu berprinsip teguh pendirian nggak bakal ikut-ikutan mode pake jilbab. Kamu pingin jadi dirimu sendiri dengan pake jins belel dan kaos oblong tiap hari. Itu bukan teguh prinsip atuh , tapi nekatz . Udah jelas dalam Islam kan jilbab dan kerudung itu wajib, masak iya sih kamu masih ngotot nggak mau pake? Kebangetan banget kalo gitu mah .

Cuma buat kamu

Trus gimana dong bagi yang udah terlanjur ngoboy ? Gampang. Kamu percaya nggak sih kalo Islam itu mendudukkan cewek sempurna pada posisinya yang mulia? Setomboy apa pun kamu, Islam tahu bagaimana harus menyikapinya.

Tips pertama: pake kerudung. Biar pun kamu cewek yang suka bersikap tegas dan nggak plin-plan ketika mengambil keputusan, kamu tetap berada pada posisimu yang mulia sebagai cewek dengan memakai kerudung. Atau mungkin postur tubuhmu udah dari sononya berbadan kekar dan hampir mirip cowok, maka nggak bakal ada orang yang memanggilmu Tono padahal namamu adalah Tini. Kenapa? Karena identitas kerudung kamu itu. Di mana-mana yang pake kerudung pasti cewek nggak mungkinlah cowok. Kecuali wadam or banci yang pura-pura pingin jadi muslimah sejati pake kerudung segala.

Tips kedua: pake jilbab. Ini nih yang bakalan bikin kamu jadi cewek tulen. Why? Karena kalo cuma kerudung kan bisa dipasangin sama apa aja. Sama jins, sama hem lengan panjang, kaos oblong lengan panjang ato bahkan kain yang bikin kamu kayak lemper alias ketat banget. Jangan salah, adakalanya di antara kamu yang tomboy, ternyata kamu masih pingin menampilkan sisi kewanitaanmu dengan pake yang ketat-ketat. Ngaku aja deh (sori bukan nuduh… hehehe).

Nah, dengan jilbab yang definisinya saya yakin kamu udah tahu, yaitu pakaian longgar terusan menjulur hingga menutup kaki, maka apa pun kamu adanya, kamu tetap dikenali sebagai muslimah. Nggak ada tempat lagi bagi celana jins belel, kaos oblong, kemeja cowok dll kecuali itu semua kamu pake dalam rumah atau sebagai pakaian ‘daleman' jilbabmu itu (oya, kalo kamu berjilbab kudu ada kain pelapis di dalamnya loh, yaitu baju sehari-hari yang kamu pake dalam rumah. Jadi bukannya under wear aja atau bahkan nggak ada lapisan sama sekali)

Dengan jilbab dan kerudung ini, maka setomboy apa pun kamu akan selalu diingatkan secara langsung or nggak langsung tentang jati diri kamu sebagai seorang wanita muslimah. Selain itu asah kefemininan perasaan cewek kamu dengan kepedulian sosial, simpati, dan empati kepada orang lain. Coba yaa… (insya Allah kamu bisa kok)

Islam punya wanita-wanita perkasa

Kalo kamu ngaku seorang cewek yang nggak suka lemat-lemot, coba bandingkan dengan sosok-sosok perkasa wanita-wanita di masa kejayaan Islam dulu.

Kamu tahu Asma binti Abu Bakar? Nah, beliau adalah sahabat wanita terkemuka yang masuk Islam sejak dini. Bukan hanya pandai melantunkan syair dan fasih berbahasa tapi beliau juga ikut dalam perang Yarmuk sehingga dijuluki ‘Dzaatin Nithaqain' atau wanita bersabuk dua.

Lalu ada Asma binti Yazid al-Anshoriah. Beliau adalah seorang orator bangsa Arab yang terkemuka, berani dan selalu tampil ke depan. Di perang Yarmuk pun kiprah beliau layak diperhitungkan ketika berhasil membunuh sembilan prajurit Romawi di medan pertempuran.

Islam juga punya Gazalah al-Haruriah, Hindun binti Utbah bin Rabiah, dan Juwairiyah binti Abu Sofyan, yang juga turut berpartisipasi dalam perang Yarmuk baik sebagai penyedia minuman dan tenaga medis maupun terjun langsung dalam kancah perang dan membunuh musuh-musuh Islam.

Dalam perang Qadisiyah ada Khansa binti Amru yang syair-syairnya mampu membuat Rasulullah kagum. Khansa pula lah yang mendorong semangat keempat putranya dalam perang sehingga semuanya mati syahid. Belum lagi kalau kamu tahu yang namanya Khaulah binti Azwar al-Asadi yang aktivitas kemiliterannya mirip dengan Khalid bin Walid.

Selain itu, ada Laila al-Gifariah yang dari golongan wanita terpandang tapi rela bersusah-susah ikut Rasulullah ke medan tempur untuk mengobati pejuang yang sakit dan terluka. Bahkan pada waktu perang ‘Jamal' beliau ikut berangkat ke Basrah berperang di barisan Ali bin Abi Tholib.

Melengkapi jajaran waniat perkasa lainya, ada Rabayi' binti Mi'waz, sahabat wanita yang membaiat Rasulullah dan turut serta dalam berbagai pertempuran. Lalu Ummu Haram yang gabung dengan pasukan kaum muslimin dalam penaklukan Ciprus bareng suaminya. Dalam pertempuran ini beliau terjatuh dari kudanya dan menjadi syahidah. Lalu ini neh yang lebih dahsyat lagi, Ummu Imaroh. Prestasi beliau jangan diremehkan. Mulai dari Baiat Aqobah, Perang Uhud, Perdamaian Hudaibiyah, Perang Khaibar dan perang Hunain, semuanya ada partisipasi wanita perkasa ini. Di perang Uhud beliau terluka sebanyak dua belas goresan dan ketika perang Yamamah sebelah tangannya putus. Subhanallah (Xena pasti kalah tuh!)

Nah, kalo kamu emang pingin jadi cewek yang tangguh dan tegar, buktikan! Jangan cuma tampilan aja tomboy tapi menghadapi cobaan hidup kamu langsung melempem. Dan yang utama, tomboy bukan dalam hal penampilan dan tingkah laku. Karena sungguh Allah akan melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki. Emang nggak takut kena laknat Allah? Hiiiy….

Tapi itu bukan berarti kamu nggak boleh jadi cewek yang bersikap tegas, teguh pendirian, kuat kemauan, dan mandiri. Sebaliknya, muslimah emang kudu punya sikap-sikap seperti itu. Nggak jaman lagi jadi cewek muslimah tapi dikit-dikit cengeng, mudah putus asa, nggak bisa mandiri dan aleman banget. Wah, jangan sampe deh.

So, tomboy dalam penampilan is no way . Tegas dan teguh pendirian dalam sikap? Kudu lagi. Karena jadi cewek bukan berarti lemah dalam segalanya. Nah, masih tetep nekat pengen jadi cewek tomboy? Jangan ah! [ria]

Mencintai Sang Pemilik Cinta


♥     ♥
♥     ☺☻☺☻    ♥
Kayaknya udah jadi ‘kesepakatan' umum kalo cinta itu bisa membuat hidup lebih hidup. Karena cinta konon kabarnya mengandung segala perasaan indah tentang kebahagiaan ( happiness ), menyenangkan ( comfort ), kepercayaan ( trust ), persahabatan ( friendship ), dan kasih-sayang ( affection ).

Menurut R. Graves dalam The Finding of Love , cinta adalah sesuatu yang dapat mengubah segalanya sehingga terlihat indah. Jalaluddin Rumi juga pernah bersyair: “Karena cinta, duri menjadi mawar. Karena cinta, cuka menjelma anggur segar...”. Itu sebabnya, nggak usah heran kalo naluri mencintai akan mendorong manusia untuk memenuhi keinginan cintanya itu. Orang yang jatuh cinta akan melakukan apa saja untuk menarik perhatian orang yang ia cintai (itu karena terlihat indah kali ye?).

Kalo udah cinta, kata Gombloh, maaf nih, tahi kucing rasa coklat! (idih, itu sih indera perasanya udah error kali ya?). Ehm, tapi nggak salah juga. Ini sekadar idiom kok. Karena cinta seringkali buta. Why? Kalo VMJ alias Virus Merah Jambu udah menginfeksi hati kita, perasaannya kok inget terus sama si dia, pengennya ketemu terus, rindu terus ingin ngobrol, seharian nggak kirim SMS aja rasanya sakauw berat, pokoknya meski jauh jaraknya bukan halangan untuk komunikasi. Ehm, untuk menggambarkan itu seorang teman nulis puisi di internet : “walau jarak kita bagai Matahari dan Pluto saat aphelium/amplitudo gelombang hatimu berinterfensi dengan hatiku” Huhuy!

Seorang teman lain pernah bercerita bahwa ia tak sanggup untuk melupakan calonnya. Rasanya udah deket aja sambil merenda bahagia membina rumah tangga idaman. Kebetulan sang calon jauh di negeri orang dan komunikasi cuma bisa via jaringan internet. Eh, itu sih namanya meski jauh di mata, tapi dekat di Yahoo! Messenger (apalagi kalo pake webcam hehehe..)

Cinta bisa juga tak pandang bulu (karena yang benar mungkin pandang tak jemu kali ye? Ehm...). Tak pandang bulu bisa berarti kita mencintai siapa saja, dan dari kalangan mana saja. Nggak pilih-pilih. Karena semua berhak mendapatkan cinta. Namun jangan salah, meski cinta tak pandang bulu, tapi bukan berarti juga kita dibutakan oleh cinta. Iya dong, kalo bayang si dia terlanjur lekat di hati, biasanya segala kesalahan dan kekurangannya cenderung kita abaikan. Waduh, berbahaya banget tuh. Padahal kata Ibnu Mas'ud ra, “Apabila kamu merasa kagum dengan seorang wanita, ingatlah kejelekankejelekannya!”

Duh.. kejam amat ya? Ah, nggak juga, karena manusia seringkali berubah-ubah dalam bersikap. Itu harus kita sadari juga. Bukan tak mungkin kan suatu saat orang yang kita cintai karena kita kagum akan kepandaiannya, karena kesholehannya, dan juga perangainya yang baik, suatu saat akan berbalik 180 derajat. Jadi, nggak usah rela dibutakan cinta. Artinya, sikapi aja dengan wajar sisi-sisi kemanusiannya yang lain selain sisi yang membuatmu kagum setengah hidup. Itulah pesan yang dikirimkan Ibnu Mas'ud kepada mereka yang sedang jatuh cinta. Betul?

Sobat muda muslim, paparan di atas sebagai fakta aja, bahwa energi cinta bisa membuat ‘penderitanya' berbunga-bunga, bahkan sering tanpa bisa membedakan mana cinta dan mana nafsu. Gawat kan? Nah, sekarang coba kita bandingan kecintaan kita kepada Allah Swt, Sang Pemilik Cinta. Jika memang sama-sama cinta, harusnya kan sama ya? Artinya, kecintaan kita kepada Allah pun akan mirip gejalanya dengan cinta kita kepada sesama makhlukNya. Meski tentu saja, mencintai Allah jauh lebih besar manfaat dan pahalanya. Karena Allah adalah Pemilik Cinta, dan sekaligus Pemberi Cinta kepada kita-kita sebagai makhlukNya.

Bahkan Allah sudah memberikan sinyal kuat kepada kita dalam sebuah hadis Qudsy: “Kalau hambaKu mendekat sejengkal, Kusambut ia sehasta. Kalau ia mendekat sehasta, Kusambut ia sedepa. Kalau hambaKu datang padaKu berjalan, Kusambut ia dengan berlari…”

Duh, betapa begitu besar cinta Allah kepada kita, hambaNya. Tidakkah ini membuat cinta kita lebih besar lagi kepada Allah Swt.? Hmm…rasanya kita perlu berlari untuk mendekat kepadaNya. Subhanallah .

‘Mencuri' perhatian Allah

Kalo dengan sang inceran kita biasa nyari-nyari perhatian, bisa curi pandang kalo kebetulan si dia ada di kelas, kenapa dengan Allah tidak bisa? Kalo dengan si dia yang udah mencairkan dinding es yang selama ini kita bangun, kita bisa begitu getol menjaga penampilan agar ia tetap merasa betah melihat kita, kenapa dengan Allah tidak bisa? Ah, rasanya nggak adil deh kalo njomplang begitu.

Memang sih, Allah Mahatahu apa yang kita lakuin, nggak perlu mencuri perhatianNya pun Allah tahu apa maksud kita. Ini sekadar ungkapan aja kalo kita pun bisa membuat Allah bahagia dengan apa yang kita perbuat. Aktivitas mulia penuh pahala dan taat syariatNya, udah cukup menarik perhatian Allah kepada kita untuk lebih sayang dan cinta kepada kita.

Sobat muda muslim, kalo mau jujur, kita jarang banget mencuri perhatian Allah. Kalo benar kita cinta kepadaNya, seharusnya memang kita sering mencuri perhatianNya agar Dia suka kepada kita. Sebagaimana halnya kalo kita sering CPCP alias curi pandang cari perhatian dengan orang yang kita incer abis-abisan. Harapannya, tentu ketika beradu pandang atau ketika dia melihat penampilan dari pesona yang kita miliki bisa jatuh hati. Ya, ibarat memasang ranjau deh. Ehm, ati-ati aja kena batunya.

Oya, pernah nggak kamu pdkt alias pendekatan sama seseorang yang mampu melelehkan hatimu? Hmm… deg-degan juga kan? Khawatir pendekatan kita nggak sempurna dan gagal mencuri perhatiannya. Segala daya dan upaya kita jajal, sambil berharap ia berpaling kepada kita. Asyik juga ya?

Nah, bagaimana jika kita pdkt juga kepada Allah? Rasa-rasanya pasti lebih seru. Bener lho, orang yang melakukan pdkt jelas karena ada yang diharapkan dari yang sedang didekati. Kita bisa mencoba deketan sama inceran, karena kita udah kadung jatuh hati karena pesonanya. Jadi, cinta juga memang memerlukan sebab, “kenapa jatuh cinta?”.

Sebaliknya, kalo sebab yang membuat kita cinta itu lenyap, maka kita nggak bakalan lagi jatuh cinta. Ibnul Qayyim menuliskan sebuah kaidah sederhana dalam kitab cinta yang sangat populer, Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin, “Cinta akan lenyap dengan lenyapnya sebab…”

Sobat muda muslim, pertanyaannya sekarang, “Apakah ada sebab untuk mencintai Allah, sehingga kita perlu mencari perhatianNya?” Ehm, alasannya tentu ada dong sayang. Wong kepada makhlukNya aja kita bisa jatuh hati dan cinta setengah mati hanya karena melihat pesona yang dimiliknya. Entah gaya bicaranya, entah itu wajahnya, bisa juga karena kepintarannya, termasuk perangainya, pun karena bentuk fisik yang membuatmu jatuh cinta. Bener nggak seh?

Nah, harus diakui bahwa Allah punya banyak pesona yang itu layak kita kagumi dan membuat kita lebih mencintaiNya, dan punya alasan bagi kita untuk bisa mencuri perhatainNya. Alasan sederhananya, karena Allah adalah pencipta semesta alam dan seluruh isinya, termasuk kita. Hmm… sangat elok tentunya kalo kita mencintaiNya.

Bukan apa-apa, kalo kita sering kagum dan jatuh cinta dengan seseorang yang cerdas, maka Allah lebih harus kita kagumi dan cintai karena Dia yang menganugerahkan kecerdasan kepada orang yang kita anggap cerdas. Begitu pun kalo kita mengagumi seseorang yang punya wajah yang menggetarkan nurani kita, maka seharusnya kita berpikir lebih jauh, bahwa Allah layak lebih kita cintai karena Dia telah menciptakan orang yang kita anggap punya wajah yang enak dipandang mata itu.

Menjadi kekasih Allah

Seorang tetangga pernah bilang kalo anaknya itu penurut, rajin, cinta dan berbakti kepada ortunya sepenuh hati. Sang tetangga tersebut karuan aja seneng bukan kepalang. Karena memang nikmat banget dicintai, dihargai, dan dihormati itu. Iya nggak?

Nah, apalagi Allah. Kalo ortu kita bisa cemburu gara-gara kita lebih percaya dan mengikuti pendapat orang lain, Allah tentunya lebih ‘cemburu' lagi kalo kita nggak mau mengamalkan syariatNya. Rasulullah saw. bersabda: “Wahai umat Muhammad. Demi Allah saat hamba laki-laki berzina, dan saat hamba perempuan berzina, tidak ada yang lebih cemburu daripada Allah…” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam kisah yang sering kita dengar dan baca, Nabi Ibrahim begitu mencintai putranya. Luapan cinta yang tak tertahankan kepada putranya yang setelah puluhan tahun didambakannya. Ismail menjadi muara kehidupan bagi Nabi Ibrahim. Namun, Allah menguji cintanya dengan menurunkan perintah untuk mengurbankan anaknya. Aduh, hati orang tua mana yang nggak remuk kalo perintahnya seperti ini. Tapi, Nabi Ibrahim berhasil lulus ujian tersebut. Terbukti ia lebih mencintai Allah dengan menjalankan perintahNya ketimbang mencintai anak dan keluarganya. Nabi Ibrahim ikhlas melakukannya. Subhanallah .

Cinta kepada Allah itu mutlak, tiada sekutu bagiNya. FirmanNya:

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia” (QS ali Imaran [3]: 18)

Bahkan Allah memberi cap kafir kepada orang-orang yang menolak untuk menyembahNya. Allah berfirman:

“Katakanlah: ‘Ta`atilah Allah dan RasulNya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir'.” (QS ali Imran [3]: 32)

Menjadi kekasih itu butuh pengorbanan. Tentu, agar cinta yang kita berikan kepada kekasih kita bermakna. Itu sebabnya, mencintai Allah pun memerlukan pengorbanan. Seorang tokoh sufi bernama Bayazid Bustami mengatakan: “Cinta adalah melepaskan apa yang dimiliki seseorang kepada Kekasih (Allah) meskipun ia besar; dan menganggap besar apa yang diperoleh kekasih, meskipun itu sedikit.”.

Itu sebabnya, jangan heran kalo Rasulullah saw. berani menolak permintaan para gembong kafir Quraisy untuk menghentikan dakwahnya. Dengan kobaran cintanya yang menyala-nyala pada Allah Swt., Muhammad saw. mengatakan kepada pamannya: “Wahai pamanku, demi Allah seandainya matahari mereka letakkan di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku supaya aku berhenti meninggalkan tugasku ini, maka aku tidak mungkin meninggalkannya sampai agama Allah menang atau aku yang binasa”. Duh, hebat banget semangatnya.

Selain berkorban, mereka yang mencintai Allah selalu bersyukur dan menerima terhadap apa-apa yang di berikan Allah. Bahkan ia akan selalu ridha terhadap Allah walaupun cobaan berat menimpanya.

Dan jujur saja, kalo kita sedang jatuh cinta, menyebut namanya saja ada gejolak hebat di hati kita. Maka, jika Allah kita cintai, rasanya pantas jika kita pun bergetar menyebut namaNya. Firman Allah Swt.: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal,” (QS al-Anfaal [8]: 2)

Sobat muda muslim, yuk kita cintai Allah dengan sepenuh hati. Tunjukkan cinta kita kepadaNya dengan mentaati seluruh syariatNya. Amalnya perintahNya, jauhi laranganNya. Insya Allah kita bisa kok. Yakin sajalah. Wallahu'alam bishshowwab. [solihin]

7 Ciri 'Sok Tahu'


'Sok tahu' pada dasarnya adalah "merasa sudah cukup berpengetahuan" padahal sebenarnya kurang tahu. Masalahnya, orang yang sok tahu biasanya tidak menyadarinya. Lantas, bagaimana kita tahu bahwa kita 'sok tahu'? Mari kita mengambil hikmah dari Al-Qur'an. Ada beberapa ciri 'sok tahu' yang bisa kita dapatkan bila kita menggunakan perspektif surat al-'Alaq.
1. Enggan Membaca
Ketika disuruh malaikat Jibril, "Bacalah!", Rasulullah Saw. menjawab, "Aku tidak bisa membaca." Lalu malaikat Jibril menyampaikan lima ayat pertama yang memotivasi beliau untuk optimis. Adapun orang yang 'sok tahu' pesimis akan kemampuannya. Sebelum berusaha semaksimal mungkin, ia lebih dulu berdalih, "Ngapain baca-baca teori. Mahamin aja sulitnya minta ampun. Yang penting prakteknya 'kan?" Padahal, Allah pencipta kita itu Maha Pemurah. Ia mengajarkan kepada kita apa saja yang tidak kita ketahui.
Disisi lain, ada pula orang Islam yang terlalu optimis dengan pengetahuannya, sehingga enggan memperdalam. Katanya, misalnya, "Ngapain baca-baca Qur'an lagi. Toh udah khatam 7 kali. Mending buat kegiatan lain aja." Padahal, Al-Qur'an adalah sumber dari segala sumber ilmu, sumber 'cahaya' yang tiada habis-habisnya menerangi kehidupan dunia. Katanya, misalnya lagi, "Ngapain belajar ilmu agama lagi, toh sejak SD hingga tamat kuliah udah diajarin terus." Padahal, 'ilmu agama' adalah ilmu kehidupan dunia-akhirat.
2. Enggan Menulis
Orang yang sok tahu terlalu mengandalkan kemampuannya dalam mengingat-ingat dan menghafal pengetahuan atau ilmu yang diperolehnya. Ia enggan mencatat. "Ngerepotin," katanya. Seolah-olah, otaknya adalah almari baja yang isinya takkan hilang. Padahal, sifat lupa merupakan bagian dari ciri manusia. Orang yang sok tahu enggan mencatat setiap membaca, menyimak khutbah, kuliah, ceramah, dan sebagainya. Padahal, Allah telah mengajarkan penggunaan pena kepada manusia.
Di sisi lain, ada pula orang yang kurang mampu menghafal dan mengingat-ingat pengetahuan yang diperolehnya, tapi ia merasa terlalu bodoh untuk mampu menulis. "Susah," katanya. Padahal, merasa terlalu bodoh itu jangan-jangan pertanda kemalasan. Emang sih, kalo nulis buat orang lain, kita perlu ketrampilan tersendiri. Tapi, bila nulis buat diri sendiri, bukankah kita gak bakal kesulitan nulis 'sesuka hati'? Apa susahnya nulis di buku harian, misalnya, "Tentang ciri sok tahu, lihat al-'Alaq!"?
3. Membanggakan Keluasan Pengetahuan
Orang yang sok tahu membanggakan kepintarannya dengan memamerkan betapa ia banyak membaca, banyak menulis, banyak mendengar, banyak berceramah, dan sebagainya tanpa menyadari bahwa pengetahuan yang ia peroleh itu semuanya berasal dari Allah. Ia mengira, prestasi yang berupa luasnya pengetahuannya ia peroleh berkat kerja kerasnya saja. Padahal, terwujudnya pengetahuan itu pun semuanya atas kehendak-Allah.
Mungkin ia suka meminjam atau membeli buku sebanyak-banyaknya, tetapi membacanya hanya sepintas lalu atau malah hanya memajangnya. Ia merasa punya cukup banyak wawasan tentang banyak hal. Ia tidak merasa terdorong untuk menjadi ahli di bidang tertentu. Kalau ia menjadi muballigh 'tukang fatwa', semua pertanyaan ia jawab sendiri langsung walau di luar keahliannya. Ia mungkin bisa menulis atau berbicara sebanyak-banyaknya di banyak bidang, tetapi kurang memperhitungkan kualitasnya.
4. Merendahkan Orang Lain Yang Tidak Sepaham
Bagi orang Islam yang sok tahu, siapa saja yang bertentangan dengan pendapatnya, segera saja ia menuduh mereka telah melakukan bid'ah, sesat, meremehkan agama, dan sebagainya. Bahkan, misalnya, sampai-sampai ia melarang orang-orang lain melakukan amal yang caranya lain walau mereka punya dalil tersendiri. Ia menjadikan dirinya sebagai "Yang Maha Tahu", terlalu yakin bahwa pasti pandangan dirinyalah satu-satunya yang benar, sedangkan pandangan yang lain pasti salah. Padahal, Allah Swt berfirman: "Janganlah kamu menganggap diri kamu suci; Dia lebih tahu siapa yang memelihara diri dari kejahatan." (an-Najm [53]: 32)
Muslim yang sok tahu cenderung menganggap kesalahan kecil sebagai dosa besar dan menjadikan dosa itu identik dengan kesesatan dan kekafiran! Lalu atas dasar itu dengan gampangnya ia mengeluarkan 'vonis hukuman mati'. Padahal, dalam sebuah hadits shahih dari Usamah bin Zaid dikabarkan, "Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallaah, maka ia telah Islam dan terpelihara jiwa dan hartanya. Andaikan ia mengucapkannya lantaran takut atau hendak berlindung dari tajamnya pedang, maka hak perhitungannya ada pada Allah. Sedang bagi kita cukuplah dengan yang lahiriah."
5. Menutup Telinga dan Membuang Muka Bila Mendengar Pendapat Lain
Orang yang sok tahu tidak memberi peluang untuk berdiskusi dengan orang lain. Kalau toh ia memasuki forum diskusi di suatu situs, misalnya, ia melakukannya bukan untuk mempertimbangkan pendapat yang berbeda dengan pandangan yang selama ini ia anut, melainkan untuk mengumandangkan pendapatnya sendiri. Ia hanya melihat selayang pandang gagasan orang-orang lain, lalu menyerang mereka bila berlainan dengannya. Ia tidak mau tahu bagaimana mereka berhujjah (berargumentasi).
Di samping itu, orang yang sok tahu itu bersikap fanatik pada pendapat golongannya sendiri. Seolah-olah ia berseru, "Adalah hak kami untuk berbicara dan adalah kewajiban kalian untuk mendengarkan. Hak kami menetapkan, kewajiban kalian mengikuti kami. Pendapat kami semuanya benar, pendapat kalian banyak salahnya." Orang yang terlalu fanatik itu tidak mengakui jalan tengah. Ia menyalahgunakan aksioma, "Yang haq adalah haq, yang bathil adalah bathil."
6. Suka Menyatakan Pendapat Tanpa Dasar Yang Kuat
Muslim yang sok tahu gemar menyampaikan pendapatnya dengan mengatasnamakan Islam tanpa memeriksa kuat-lemahnya dasar-dasarnya. Ia suka berkata, "Menurut Islam begini.... Islam sudah jelas melarang begitu...." dan sebagainya, padahal yang ia ucapkan sesungguhnya hanyalah, "Menurut saya begini.... Saya melarang keras engkau begitu...." dan seterusnya. Kalau toh ia berkata, "Menurut saya bla bla bla....", ia hanya mengemukakan opini pribadinya belaka tanpa disertai dalil yang kuat, baik dalil naqli maupun aqli.
7. Suka Berdebat Kusir
Jika pendapatnya dikritik orang lain, orang yang sok tahu itu berusaha keras mempertahankan pandangannya dan balas menyerang balik pengkritiknya. Ia enggan mencari celah-celah kelemahan di dalam pendapatnya sendiri ataupun sisi-sisi kelebihan lawan diskusinya. Sebaliknya, ia tekun mencari-cari kekurangan lawan debatnya dan menonjol-nonjolkan kekuatan pendapatnya. Dengan kata lain, setiap berdiskusi ia bertujuan memenangkan perdebatan, bukan mencari kebenaran.
Demikianlah beberapa ciri orang yang sok tahu menurut surat al-'Alaq dalam pemahamanku. Dengan mengenali ciri-ciri tersebut, semoga kita masing-masing dapat melakukan introspeksi dan memperbaiki diri sehingga kita tidak menjadi orang yang sok tahu. Aamien.